ERGONOMI
Pendahuluan :
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.
Ergonomi : Menyesuaikan Pekerjaan dengan Pekerja
Sesuaikan pekerjaan dengan kondisi pekerja, dan bukan sebaliknya !
Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
- Tehnik
- Fisik
- Pengalaman psikis
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
- Anthropometri
- Sosiologi
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
- Desain, dll
Pelatihan Ergonomi
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
Metode Ergonomi
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
PENGENALAN MASALAH ERGONOMI
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
1. Pendekatan kuratif
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan/modifikasi dari proses yang sedang/sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.
2. Pendekatan konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi sudah seyogyanya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial budaya, hemat akan energi dan melestarikan lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna (Manuaba, 1997). Jika dikaitkan dengan penyediaan lapangan kerja, pendekatan ergonomi secara konseptual dilakukan sejak awal perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya, pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.
DIMENSI ANTROPOMETRI
Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya keserasian ukuran, bentuk sarana dan prasarana kerja terhadap tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar disain sarana dan prasarana kerja. Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi memegang peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.
Data Antropometri digunakan untuk macam-macam keperluan. Pada kedokteran kehakiman, salah satu fungsi antropometri adalah untuk identifikasi. Di sektor ketenaga kerjaan peranan antropometri cukup dominan dalam menentukan efektifitas dan efisiensi peralatan dan fasilitas kerja. Bagi seorang ahli ergonomi, antropometri merupakan salah satu perangkat untuk mendapatkan hasil akhir berupa hubungan yang harmonis antara manusia dan peralatan kerja. Dikenal dua macam antropometri, yakni antropometri statis dan antropometri dinamis. Pada umumnya berkaitan dengan rancang bangun sarana dan prasarana kerja cukup digunakan data-data antropometri statis. Dimensi tubuh manusia sangat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya, antara laki-laki dan perempuan dan antara beberapa suku bangsa. Beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut :
Posisi berdiri
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
Posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.
Penerapan antropometri dalam ergonomi menuntut adanya suatu data antropometri tenaga kerja yang mewakili tenaga kerja baik laki-laki maupun wanita. Pada penyajian data antropometri akan diketengahkan nilai rata-rata, simpang baku, dan standar deviasi. Rentang nilai dan penyajian data dalam bentuk persentil. Perancangan tempat kerja yang cocok untuk pekerja yang terbesar dan yang terkecil tidak selalu berhasil, untuk itu diusahakan memenuhi persyaratan buat mayoritas.
Pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu mempertimbangkan beberapa aspek (bidang kajian ergonomi), yaitu :
1. Anatomi dan gerak
Terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :
a. Antropometris
Dimensi Antropometris dipengaruhi oleh :
- Jenis kelamin
- Perbedaan bangsa
- Sifat/hal-hal yang diturunkan
- Kebiasaan yang berbeda
b. Biomekanik kerja
Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk/berdiri yang tidak/kurang melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran peralatan yang telah diperhitungkan.
2. Fisiologi
Dibagi menjadi :
- Fisiologi lingkungan kerja
a. Berhubungan dengan kenyamanan
b. Pengamanan terhadap potential hazards, ruang gerak yang memadai
- Fisiologi kerja
3. Psikologi
Rasa aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi kerja dll.) tidak menimbulkan stress pada pekerja.
4. Rekayasa dan teknologi antara lain :
- Merupakan kiat-kiat untuk melakukan disain peralatan yang sesuai dengan ukuran tubuh dan batasan-batasan pergerakan manusia.
- Memindahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya sehingga lebih efisien dan lebih produktif, untuk itu diperlukan disain mesin yang sesuai dengan operatornya.
- Memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.
5. Penginderaan
- Kemampuan kelima indra manusia menangkap isyarat-isyarat yang datang dari luar.
APLIKASI ERGONOMI
1. Posisi duduk/bekerja dengan duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. ada beberapa persyaratan :
- Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
- Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
- Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
2. Posisi bekerja dengan berdiri :
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki.
3. Proses bekerja
Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, tetapi sangat disayangkan akibat postur tubuh yang berbeda, perlu pemecahan masalah terutama di negara-negara berkembang yang menggunakan peralatan import sehingga perlu disesuaikan kembali, misalnya tempat kerja yang harus dilakukan dengan berdiri sebaiknya ditambahkan bangku panjang setinggi 10-25 cm agar orang dapat bekerja sesuai dengan tinggi meja dan tidak melelahkan. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur
4. Penampilan tempat kerja
Mungkin akan menjadi baik dan lengkap bila disertai petunjuk-petunjuk berupa gambar-gambar yang mudah diingat, mudah dilihat setiap saat. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyakdigunakan daripada kata-kata.
5. Mengangkat beban
Terutama di negara berkembang mengangkat beban adalah pekerjaan yang lazim dan sering dilakukan tanpa dipikirkan efek negatifnya, antara lain : kerusakan tulang punggung, kelainan bentuk otot karena pekerjaan tertentu, prolapsus uteri, prolapsus ani ataupun hernia, dll. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
• Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
• Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
Ergonomi memperhatikan :
Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya
Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja
Peralatan apa yang mereka gunakan
Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja
Resiko karena Kesalahan Ergonomi
Pekerjaan dan tempat kerja dapat menimbulkan cedera dan luka pada
tubuh. Untuk menghindari cedera, pertama-tama yang dapat kita alkukan
adalah mengidentifikasi resiko. Setelah resiko diidentifikasi, carilah jalan
untuk menghilangkannya.
Faktor Resiko Definisi Jalan Keluar
PENGULANGAN
YANG BANYAK
Menjalankan gerakan yang sama berulang-ulang
Desain kembali cara kerja untuk mengurangi jumlah pengulangan
gerakan atau meningkatkan waktu
jeda antara ulangan, atau
menggilirnya dengan pekerjaan lain
BEBAN BERAT
Beban fisik yang berlebihan selama kerja (menarik, memukul,
mendorong). Semakin banyak daya yang harus dikeluarkan, semakin berat beban bagi tubuh. Mengurangi gaya yang diperlukan
untuk melakukan kerja, mendesain
kembali cara kerja, menambah
jumlah pekerja pada pekerjaan
tersebut, menggunakan peralatan
mekanik.
POSTUR YANG
KAKU
Menekuk atau memutar bagiantubuh
Mendesain cara kerja dan peralatanyang dipakai hingga postur tubuhselama kerja lebih nyaman
BEBAN STATIS
Bertahan lama pada satu postur hingga menyebabkan kontraksi
otot
Mendesain cara kerja untuk
menghindari terlalu lama bertahan
pada satu postur, memberi
kesempatan untuk mengubah posisi.
TEKANAN
Tubuh tertekan pada suatu
permukaan atau tepian Memperbaiki peralatan yang ada
untuk menghilangkan tekanan, atau
memberikan bantalan
GETARAN
Menggunakan peralatan yangbergetar Mengisolasi tangan dari getaran
DINGIN ATAU
PANAS YANG
EKSTRIM
Dingin mengurangi daya raba, arus darah, kekuatan, dan
keseimbangan. Panas
menyebabkan kelelahan Atur suhu ruangan, beri insulasi
pada tubuh,
ORGANISASI
KERJA YANG
BURUK
Termasuk bekerja dengan irama mesin, istirahat yang tidak cukup, kerja yang monoton, beberapa
pekerjaan yang harus dikerjakan dlm satu waktu Beban kerja yang layak, istirahat
yang cukup, pekerjaan yang
bervariasi, otonomi individu
Cedera yang Umumnya Terjadi karena
Ergonomi
Cedera Gejala Penyebab
Bursitis : meradangnya
kantung antara tulang dengan kulit, atau tulang dengan tendon. Dapat terjadi di lutut, siku, atau bahu. Rasa sakit dan bengkak
pada tempat cedera
Berlutut, tekanan pada
siku, gerakan bahu yang
berulang-ulang
Sindroma pergelangan
tangan : tekanan pada syaraf yang melalui pergelangan tangan Gatal, sakit, dan kaku pada
jari-jemari, terutama di
malam hari
Membengkokkan
pergelangan berulangulang.
Menggunakan alat
yang bergetar. Kadang
diikuti dengan tenosynovitis.
Ganglion : kista pada sendi atau pangkal tendon. Biasanya
dibelakang tangan atau
pergelangan Begkak bundar, keras, dan kecil yang biasanya tidak menimbulkan sakit.
Gerakan tangan yang
berulang-ulang
Tendonitis : radang pada
daerah antara otot dan tendon
Rasa sakit, bengkak, dan merah di tangan,
pergelangan, dan/atau
lengan. Kesulitan
menggerakan tangan. Gerakan yang berulangulang
Tenosynovitis : radang pada tendon dan/atau pangkal tendon
Sakit, bengkak, sulit
menggerakan tangan.
Gerakan yang berulang-ulang
dan berat. Dapat disebabkan oleh peningkatan kerja yang
tiba-tiba, atau pengenalan
pada proses baru.
Tegang pada leher atau bahu : radang pada tendon dan atau pangkal tendon Rasa sakit di leher dan
bahu
Menahan postur yang kaku
Gerakan jari yang tersentak : radang pada tendon dan/atau
pangkal tendon di jari
Kesulitan menggerakkan
jari dengan pelan, dengan atau tanpa rasa sakit Gerakan berulang-ulang.
Terlalu lama mencengkam,
terlalu keras atau terlalu
sering
Apakah Pengendalian Ergonomi Itu ?
Ulasan : Tiga Jenis Pengendalian Ergonomi
Pengendalian ergonomi dipakai untuk menyesuaikan tempat kerja dengan pekerja. Pengendalian ergonomi berusaha mengatur agar tubuh pekerja berada di posisi yang baik dan mengurangi resiko kerja. Pengendalian ini harus dapat mengakomodasi segala macam pekerja.
Pengendalian ergonomi dikelompokkan dalam tiga katagori utama, yang disusun sesuai dengan metoda yang lebih baik dalam mencegah dan mengendalikan resiko ergonomi.
1. Pengendalian teknik adalah metoda yang lebih diutamakan karena lebih permanen dan efektif dalam menghilangkan resiko ergonomi.
Pengendalian teknik yang bisa dilakukan adalah memodifikasi, mendesain kembali atau mengganti.
• tempat kerja
• bahan / objek / desain tempat penyimpan dan pengoperasian
• peralatan
2. Pengendalian administratif
Pengendalian administratif berhubungan denganbagaimana pekerjaan disusun, seperti :
• jadwal kerja
• penggiliran kerja dan waktu istirahat
• program pelatihan
• program perawatan dan perbaikan
3. Cara kerja
Pengendalian cara kerja berfokus pada cara pekerjaan dilakukan, yakni :
• Menggunakan mekanik tubuh yang baik
• Menjaga tubuh untuk berada pada posisi netral
Beberapa Prinsip Ergonomi :
Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan).
Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil.
Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri.
Ukuran-ukuran kerja
a. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5 – 10 cm di bawah tinggi siku.
b. Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan di atas meja dan jika dataran tinggi siku disebut O maka hendaknya dataran kerja :
- Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian O + (5-10) cm
- Untuk pekerjaan ringan O - (5-10) cm
- Untuk pekerjaan berat atau perlu mengangkat
barang berat yang memerlukan otot punggung O – (10-20) cm
Dari sudut otot, sikapduduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang, dinasehatkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan pemilihan sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat sedikit membungkuk.
Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagi berikut :
a. Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
b. Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung.
c. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm.
d. Tinggi meja merupakan ukuran dasar sesuai dengan 4 c
Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak mungkin, kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk
Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23 – 37o ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32 - 44o ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed)
Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.
Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang tiba-tiba pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan.
Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh ILO sebesar 50 kg.
Gerakan ritme seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda dll, memerlukan frekuensi yang paling optimum, yang menggunakan tenaga paling sedikit misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan enteng.
Apabila seorang pekerja (dengan atau tanpa beban) harus berjalan pada jalan menajak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum adalah sbb :
• Jalan menajak l.k 10o
• Jalan menajak l.k 30o
• Tangga l.k 70o
(dengan anak tangga bergerak antara 20 – 30 cm)
Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8 – 10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun.
Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas dasar pertimbangan ergonomi.
Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecil-kecilnya.
Daya penglihatan dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan yg baik.
Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan adanya premi perangsang, motivasi, iklim kerja, dll.
Beban kerja dinilai dengan mengukur O2, frekuensi nadi, suhu badan, dll.
Batas kesanggupan kerja sudah tercapai apabila bilangan nadi kerja mencapai angka 30/menit diatas bilangan nadi istirahat.
Kelelahan/Fatique
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising
Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
Tempo kegiatan tidak harus terus menerus
Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
- Pekerja remaja
- Wanita hamil dan menyusui
- Pekerja yang telah berumur
- Pekerja shift
- Migrant.
Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Pembangunan Nasional yang telah dan akan dilaksanakan saat ini, dilakukan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi maju dan telah mampu menghasilkan peluang kerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan status sosial ekonomi dan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Hal ini akan berhasil jika pelbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan para pekerja, keluarga dan masyarakat dapat diantisipasi. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja (PAK), penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Istilah ergonomi (ergonomics) berasal dari ergo (Yunani lama, yang berarti kerja), dalam hal ini pengertian yang dipakai cukup luas termasuk faktor lingkungan kerja dan metode kerja.
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan ergonomi sebagai berikut:
”Ergonomi ialah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan”.
Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung amat pesat, baik industri formal maupun industri di rumah tangga, pertanian, perdagangan dan perkebunan. Hal ini akan menimbulkan lapangan kerja baru dan menyerap tambahan angkatan kerja baru yang diperkirakan untuk tahun 2001 ini berjumlah 101 juta orang, dimana sebagian besar angkatan kerja ini (70-80%) berada di sektor informal. Semua industri, baik formal maupun informal diharapkan untuk dapat menerapkan K3. Yang dimaksud dengan industri informal adalah kegiatan ekonomi tradisional, usaha-usaha di luar sektor modern/formal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Sederhana
- Skala usaha relatif kecil
- Umumnya belum terorganisisr secara baik
Menurut M. Mikhew (ICHOIS 1997), gambaran umum industri sektor informal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Timbulnya risiko bahaya pekerjaan yang tinggi.
2. Keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan kerja dan menentukan tentang pelayanan kesehatan kerja yang adekuat
3. Rendahnya kesadaran terhadap faktor-faktor fisiko kesehatan kerja.
4. Kondisi pekerjaan yang tidak ergonomis, kerja fisik yang berat dan jam kerja yang panjang.
5. Pembagian kerja distruktur yang beraneka ragam dan rendahnya pengawasan manajemen serta pencegahan bahayabahaya pekerjaan.
6. Anggota keluarga sering kali terpajan bahaya-bahaya akibat pekerjaan.
7. Masalah perlindungan lingkungan tidak terpecahkan dengan baik.
8. Kurangnya pemeliharaan kesehatan, jaminan keamanan, sosial (asuransi kesehatan) dan fasilitas kesejahteraan.
Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja (Quality of Working Life), dan hal ini berakibat
pada peningkatan produktifitas kerja dan penurunan prelavensi penyakit akibat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Interaksi ini akan berjalan dengan baik bila ketiga komponen tersebut dipersiapkan dengan baik dan saling menunjang. Misalnya menyesuaikan ukuran peralatan kerja dengan postur tubuh pekerja dan menilai kelancaran gerakan tubuh pekerja. Dalam penerapan ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan
manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja.
Penggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi kerjanya. Di bawah ini akan diuraikan masalah ergonomi yang dapat timbul akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan pekerjaannya:
Perajin Kerupuk
Pekerjaan membuat kerupuk menggunakan bahan baku : tepung tapioka, kanji, bahan tambahan pewarna dan penyedap. Hasil produksinya berupa kerupuk yang siap dimakan.
Proses dan posisi kerja:
a. Pembuatan adonan kerupuk
Tepung tapioka dalam karung seberat 50 kg diangkat berdua dari tempat penampungan ke tempat pembuatan adonan yang berjarak 2-8 meter. Bahan baku tersebut diaduk rata
secara mekanis selama 3-5 menit atau secara manual selama 7-10 menit. Selanjutnya adonan tersebut diuleni kembali secara manual selama 2 menit untuk mendapatkan adonan homogen.
Posisi kerja : proses menguleni adonan dilakukan sambil berdiri dengan meja kerja permanen setinggi 70 cm yang terbuat dari ubin/kayu dan berat adonan 6-8 Kg.
b. Pencetakan
Selanjutnya adoanan yang sudah homogen tersebut dimasukkan ke dalam pencetak dan di mampatkan secara mekanis atau manual dan didapat keluaran berupa benang-benang adonan setebal 1 mm dari lobang pencetak, benang-benang adonan ditampung pada pencetak kerupuk sambil diputar-putar sehingga didapat bentuk yang bulat.
Posisi kerja : pekerjaan pencetakan dilakukan sambil duduk di lantai.
c. Pengkukusan
Kerupuk mentah tersebut segera dimatangkan dengan cara pengkukusan selama 5-10 menit dan setelah matang dipindah satu persatu dengan cara menjepit dengan jari-jari tangan ke tempat yang lebih besar untuk dijemur di luar ruangan. Pemindahan ke luar ruangan dilakukan dengan mengangkat tampah tersebut tinggi-tinggi dengan kedua tangan.
Posisi kerja : pekerjaan memindahkan kerupuk setelah selesai dikukus dilakukan pada posisi duduk di lantai/jongkok.
d. Penjemuran
Kerupuk dijemur. Setelah kering ditampung dalam keranjang plastik dengan berat per keranjang 17-20 kg untuk disimpan sementara menunggu untuk digoreng.
Posisi kerja : berdiri dengan tempat jemuran (para-para) yang terlalu rendah.
e. Penggorengan
Kerupuk kering dalam keranjang dipindah ke tempat penggorengan yang berjarak 10-12 meter. Proses penggorengan kerupuk dilakukan dalam 2 tahap, dengan minyak dingin dilanjutkan dengan minyak panas.
Posisi kerja : proses penggorengan dilakukan dengan posisi berdiri dengan 2 penggorengan dan tinggi wajan 70 cm; selesai digoreng kerupuk dikemas dalam kaleng besar. Aliran udara di bagian ini kurang baik.
f. Pengemasan
Posisi kerja : proses pengemasan dalam posisi berdiri membungkuk
PENANGGULANGAN PERMASALAHAN ERGONOMI
Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah, dimana tahap awal adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah; masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu.
Setelah analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif intervensi harus diusulkan.
Pada pengenalan/rekognisi telah dinyatakan adanya 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya berinteraksi dalam penerapan ergonomi dan fokus utama adalah pada sumber daya manusia (human centered design) :
1. Kesehatan mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehinggga didapatkan tenaga kerja yang sehat fisik, rohani dan sosial yang memungkinkan mereka hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
3. Lingkungan tempat kerja
- Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
- Dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.
4. Pembebanan kerja fisik
Selama bekerja, kebutuhan akan peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.
Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kerja otot dinamik (ritmik) dan kerja otot statik (sikap). Kedua bentuk kerja otot tersebut dapat diuraikan sebagai berkut:
- Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan ekstensi, ketegangan dan istirahat.
- Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar