Powered By Blogger

Jumat, 07 Agustus 2009

Resiko Lingkungan Kerja

FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN KERJA

Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah untuk mencapai kesehatan masyarakat pekerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini diperlukan suatu pra kondisi yang menguntungkan bagi masyarakat pekerja tersebut.
Pra kondisi inilah yang penulis sebut sebagai diterminan kesehatan kerja, yang mencakup 3 faktor utama, yakni beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan kemampuan kerja.

1. Beban Kerja
Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau pemikiran adalah merupakan beban bagi yang melakukan. Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku.
Seorang kuli angkat junjung di pelabuhan sudah barang tentu akan memikul beban fisik lebih besar daripada beban mental atau sosial. Sebaliknya seorang petugas bea dan cukai pelabuhan akan menanggung beban mental dan sosial lebih banyak daripada beban fisiknya.
Masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungannya dengan beban kerja ini. Ada orang yang lebih cocok untuk menanggung beban fisik tetapi orang lain akan lebih cocok melakukan pekerjaan yang lebih banyak pada beban mental atau sosial. Namun demikian secara umum atau rata-rata mereka ini sebenarnya dapat memikul beban dalam batas tertentu atau suatu beban yang optimal bagi seseorang.
Oleh sebab itu, penempatan seorang pekerja atau karyawan seharusnya setepat sesuai dengan beban optimum yang sanggup dilakukan. Tingkat ketepatan penempatan seseorang pada suatu pekerjaan, disamping didasarkan pada beban optimum, juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dan sebagainya.
Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja. Misalnya alat untuk mengangkat barang yang berat diciptakan gerobak, untuk mempercepat pekerjaan tulis-menulis diciptakan mesin ketik, untuk membantu mengurangi beban hitung-menghitung diciptakan kalkulator atau komputer, dan sebagainya.





2. Beban Tambahan
Disamping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau karyawan, pekerja sering atau kadang-kadang memikul beban tambahan yang berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan dan harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan.

Beban tambahan ini dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor, yakni :
a. Faktor fisik, misalnya penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas, kelembaban yang tinggi atau rendah, suara yang bising, dan sebagainya.
b. Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas, uap atau asap, debu dan sebagainya.
c. Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan pandangan tidak enak mengganggu, misalnya nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang tidak teratur, dan sebagainya.
d. Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan (ergonomic), misalnya meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek.
e. Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya adanya klik, gosip, cemburu dan sebagainya.

Agar faktor-faktor tersebut tidak menjadi beban tambahan kerja atau setidak-tidaknya mengurangi beban tambahan tersebut maka lingkungan kerja harus ditata secara sehat atau lingkungan kerja yang sehat.

Lingkungan kerja yang tidak sehat akan menjadi beban tambahan bagi kerja atau karyawan, misalnya :
a. Penerangan atau pencahayaan ruangan kerja yang tidak cukup dapat menyebabkan keletihan mata.
b. Kegaduhan dan bising dapat mengganggu konsentrasi, mengganggu daya ingat dan menyebabkan kelelahan psikologis.
c. Gas, uap, asap dan debu yang terhisap lewat pernapasan dapat mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh yang akhirnya menurunkan daya kerja.
d. Binatang, khususnya serangga (nyamuk, kecoa, lalat, dan sebagainya) disamping mengganggu konsentrasi kerja juga merupakan pemindahan (vektor) dan penyebab penyakit.
e. Alat-alat bantu kerja yang tidak ergonomis (tidak sesuai dengan ukuran tubuh) akan menyebabkan kelelahan kerja yang cepat.
f. Hubungan atau iklim kerja yang tidak harmonis dapat menimbulkan kebosanan, tidak betah kerja dan sebagainya yang akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Agar faktor-faktor tersebut tidak menjadi beban tambahan kerja, faktor lingkungan tersebut dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan gairah kerja, misalnya :
a. Penerangan / pencahayaan yang cukup, standar penerangan tempat kerja setara dengan 100-200 kaki lilin. Penggunaan lampu neon (fluorecent) dianjurkan karena kesilauan rendah, tidak banyak bayangan, dan suhu rendah.
b. Dekorasi warna di tempat kerja. Warna atau cat tembok mempunyai arti penting dalam kesehatan kerja. Warna merah padam misalnya, dapat merangsang seseorang bekerja lebih cepat daripada warna biru.
c. Ruangan yang diberi pendingin (AC) akan menimbulkan efisiensi kerja namun suhu yang terlalu dingin juga akan mengurangi efisiensi.
d. Bebas serangga (lalat, nyamuk, kecoa) dan bebas dari bau-bauan yang tidak sedap.
e. Penggunaan musik di tempat kerja, dan sebagainya.

3. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang lain meskipun pendidikan dan pengalamannya sama dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda.
Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan tersebut dapat berkembang karena pendidikan atau pengalaman tetapi sampai pada batas-batas tertentu saja. Jadi, dapat diumpamakan kapasitas ini adalah suatu wadah kemampuan yang dipunyai oleh masing-masing orang.
Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain gizi dan kesehatan ibu, genetik dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi atau menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan disamping kapasitas juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi, jenis kelamin dan ukuran-ukuran tubuh.
Kemampuan tenaga kerja pada umumnya diukur dari keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti beban kerjanya relatif rendah.
Dari laporan-laporan yang ada, para pekerja yang mempunyai keterampilan yang tinggi, angka absenteisme karena sakit lebih rendah daripada mereka yang keterampilannya rendah. Pekerja yang keterampilannya rendah akan menambah beban kerja mereka, yang akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan mereka.
Oleh karena kebugaran, pendidikan dan pengalaman mempengaruhi tingkat keterampilan pekerja maka keterampilan atau kemampuan pekerja senantiasa harus ditingkatkan melalui program-program pelatihan, kebugaran dan promosi kesehatan.
Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas kerja. Program perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi tenaga kerja terutama bagi pekerja kasar misalnya adalah merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Telah diuraikan sebelumnya bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan beban tambahan kerja bagi karyawan atau tenaga kerja. Sebaliknya lingkungan yang higienis disamping tidak menjadi beban tambahan, juga meningkatkan gairah dan motivasi kerja.
Lingkungan kerja ini dibedakan menjadi 2, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan kedua-duanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja. Lingkungan fisik mencakup pencahayaan, kebisingan dan kegaduhan, kondisi bangunan, dan sebagainya.

Dibawah ini akan diuraikan beberapa lingkungan kerja yang sering menjadi tambahan kerja.

A. KEBISINGAN
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer, mesin cetak, dan sebagainya.
Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan.
Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel (dB).

 Pengukuran Kebisingan
Maksud pengukuran :
 memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja
 mengurangi tingkat kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan.


Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan
- kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas
misal : mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dll.
- kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit
misal : gergaji sirkuler, katup gas, dll.
- Kebisingan terputus-putus
misal : lalulintas, suara pesawat terbang di bandara, dll.
- Kebisingan impulsif
misal : tembakan bedil atau meriam, ledakan, dll.
- Kebisingan impulsif berulang
misal : mesin tempa di perusahaan

 Gangguan kebisingan pada kesehatan
Pengaruh utama dari kebisingan pada kesehatan adalh kerusakan pada indera pendengaran yang menyebabkan ketulian.

 Akibat kebisingan pada produktivitas kerja
- Gangguan
Pada umumnya kebisingan bernada tinggi atau yang datangnya secara tiba-tiba dan tak terduga.
- Komunikasi dengan pembicaraan
Resiko potensil pada pendengaran terjadi apabila komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan berteriak. Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan.
- Kriteria kantor
- Efek pada pekerjaan
Kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terus menerus dicurahkan. Pekerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap satu proses produksi atau hasil dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat dari terganggunya konsentrasi.
- Reaksi masyarakat
Pengaruhnya akan besar apabila kebisingan akibat suatu proses produksi demikian besar sehingga masyarakat sekitar protes agar kegiatan tersebut dihentikan.

 Pengendalian kebisingan
Kebisingan dapat dikendalikan dengan
 Pengurangan kebisingan pada sumbernya.
Dapat dilakukan misalnya dengan menempatkan peredam pada sumber getaran.
 Penenmpatan penghalang pada jalan transmisi
Isolasi tenaga kerja atau mesin adalah upaya yang baik untuk mengurangi kebisingan.
 Proteksi dengan sumbat/tutup telinga
Penggunaan sumbat/tutup telinga dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20 – 25 dB. Sumbat/tutup telinga digunakan bila kebisingan lebih dari 100 dB.

Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.

Skala Intensitas Kebisingan

-------------------------------------------------------------------------------
Skala Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi
-------------------------------------------------------------------------------
-------------------------- 120 -----------------------------------
Halilintar
Menulikan 110 Meriam
Mesin uap
-------------------------- 100 -----------------------------------
Jalan hiruk pikuk
Sangat hiruk 90 Perusahaan gaduh
Pluit
--------------------------- 80 ------------------------------------
Kantor gaduh
Kuat 70 Jalan pada umumnya
Radio
--------------------------- 60 ------------------------------------
Rumah gaduh
Sedang 50 Percakapan kuat
Kantor pada umumnya
--------------------------- 40 ------------------------------------
Rumah tenang
Tenang 30 Percakapan biasa
Kantor perorangan
--------------------------- 20 ------------------------------------
Berisik
Sangat tenang 10 Suara daun jatuh
Tetesan air
----------------------------- 0 -----------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------












Waktu kerja yang diperkenankan

INTENSITAS (dB) Waktu Keja (Jam)
85 8
92 6
95 4
97 3
100 2
105 1
110 0,5
115 0,25

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB.
Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain.
Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.
Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risi adanya benda asing di telinganya. Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.



KRITERIA KEBISINGAN YANG DIANJURKAN UNTUK KANTOR
Kriteria kebisingan Lingkungan Komunikasi Penggunaan
20 - 30 Kantor sangat tenang; penggunaan telepon memuaskan; cocok untuk konferensi-konferensi besar Kantor-kantor eksekutif dan ruang-ruang konferensi untuk 50 orang
30 - 35 Kantor tenang; memuaskan untuk konferensi dengan meja jarak 15 kaki; percakapan normal bisa 10 – 30 kaki; telepon memuaskan Kantor-kantor pribadi atau semi pribadi, ruang resepsi dan ruang konferensi kecil untuk 20 orang
35 - 40 Memuaskan untuk konferensi dengan meja jarak 6 – 8 kaki; telepon memuaskan; percakapan biasa pada 6 – 12 kaki Kantor-kantor ukuran menengah dan kantor-kantor perusahaan
40 - 50 Memuaskan untuk konferensi dengan ukuran 4 – 5 kaki; penggunaan telepon agak terganggu; percakapan biasa 3 – 6 kaki; percakapan keras 6 – 12 kaki Ruang-ruang teknik besar untuk disain, gambar, dll.
50 - 55 Tidak memuaskan untuk konferensi lebih dari 3 orang; telepon biasanya terganggu; percakapan normal pada 1 – 2 kaki; percakapan keras pada 3 – 6 kaki Daerah kerja sekretariat (mengetik), akuntansi (mesin hitung), cetakan-cetakan, dll.
> 55 Sangat bising; tidak memuaskan untuk kantor; telepon sangat terganggu Tidak dianjurkan untuk kantor apapun

B. RADIASI
Program pengendalian bahaya bagi penggunaan sinar laser :
- Indoktrinasi rutin dari para karyawan terhadap bahaya dan pengamanannya.
- Pengetahuan lengkap tentang alat-alat laser.
- Pemeriksaan lengkap sebelum dan setelah kerja terhadap mata dan kulit.
- Pengawasan yang memadai.

 Sinar Infra Merah
Sinar infra merah dipancarkan oleh benda-benda pijar seperti dapur/tanur atau bahan-bahan pijar lainnya. Sinar tsb menyebabkan katarak pada lensa mata. Karena itu sangat penting melakukan usaha pencegahan misalnya dengan memakai kacamata kobalt biru bagi mereka yang bekerja menghadapi penyinaran sinar infra merah.

 Sinar Ultraviolet
Sinar ultraviolet dihasilkan oleh pengelasan suhu tinggi, benda-benda pijar suhu tinggi, lampu pijar dan sinar matahari. Sinar ultraviolet dapat mengakibatkan konjuntivitis fotoelektrika pada mata. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kemungkinan mata terkena sinar ultraviolet atau dengan menggunakan kaca mata yang tidak tembus sinar tsb.


 Sinar X dan Sinar Gamma
Sinar X dan sinar gamma biasa digunakan untuk keperluan medis. Akibat dari sinar ini dapat menyebabkan kelainan-kelainan di tubuh dan di kulit, leukimia, dll. Pencegahan dilakukan dengan pengukuran dosis dari sinar dan sebagai batas aman tidak boleh melampaui 100 mRad dalam sebulan.

C. GETARAN
Sebab-sebab dari gejala akibat getaran :
- Efek mekanis pada jaringan
sel-sel jaringan mungkin rusak atau metabolismenya terganggu.
- Rangsangan reseptor syaraf di dalam jaringan
Gangguan terjadi mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada sistem otonom.

Getaran mekanis dibagi menjadi dua bagian :
 Getaran seluruh badan
- Aspek Fisik
Getaran seluruh badan terutama terjadi pada alat pengangkut. Selain itu getaran dari alat-alat berat dapat pula dipindahkan ke seluruh badan lewat getaran lantai melalui kaki.
Sebenarnya hanya getaran dari tempat duduk dan topangan kaki yang penting karena diteruskan ke badan. Tergantung dari sifat peredaman bantal tempat duduk atau injakan kaki. Jika peredam kurang baik, terjadilah resonansi yang mungki beberapa kali memperbesar getaran tersebut.
Badan manusia merupakan suatu susunan elastis yang kompleks dengan tulang sebagai penyokong dari alat-alat dan landasan kekuatan dari kerja otot. Susunan demikian merupakan alat peredam sekaligus penghantar terhadap getaran.

- Gangguan melakukan kerja
Gangguan melakukan pekerjaan oleh getaran adalah akibat gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketajaman penglihatan. Maka dari itu cara mengatasinya adalah dengan mengurangi sampai sekecil-kecilnya getaran tangan dan kaki.







Gambar model dinamis bagi yang duduk atau berdiri

















- Perlindungan
Getaran suatu benda dapat dihindari dengan meletakkan peredam di bawah benda itu terhadap benda yang bergetar, asalkan frekuensi diri dari bahan jauh lebih rendah dari frekuensi-frekuensi getaran. Tebal dari peredam menentukan besarnya perlindungan.

 Getaran mekanis pada lengan
Dua gejala sehubungan dengan akibat getaran mekanis pada lengan :
- Kelainan-kelaian pada peredaran darah dan syaraf
- Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang-tulang

D. CUACA KERJA
Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi.
Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas.
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem pengatur tubuh. Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, pengaruh dari berbagai bahan kimiawi dan gangguan pada sistem pengatur panas.



Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas diantara tubuh dan sekitarnya adalah :
- Konduksi
Konduksi adalah pertukaran panas diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak.
- Konveksi
Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh
Daftar Tingkat Pekerjaan dan Kalori
Tingkat Pekerjaan Kegiatan KALORI/Jam






Ringan Tidur
Duduk tenang
Duduk, gerakan-gerakan tubuh dan lengan sedang.
Duduk, gerakan-gerakan kaki dan tangan sedang
Berdiri, kerja ringan pada mesin, terutama lengan
Duduk, gerakan-gerakan kuat tangan dan kaki
Berdiri, kerja ringan pada mesin, kadang-kadang jalan. 250
400

450 – 550

550 – 650

550 – 650

650 – 800

650 – 750



Sedang Berdiri, kerja sedang pada mesin, kadang-kadang jalan
Jalan-jalan dengan mengangkat atau mendorong beban yang sedang beratnya.
Mengangkat, mendorong dan menaikkan benda-benda berat secara terputus-putus.
750 – 1000


1000 – 1400


1500 – 2000
Berat Berat terus-menerus 2000 - 2400

Suhu yang optimal bagi Orang Indonesia adalah 24 – 26 oC. suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya kooerdinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja pikir. Penurunan sangat hebat setelah 32oC. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta mudah terpancing emosi.
Suhu yang tinggi mengakibatkan :
 Heat Cramps
Terasa sebagai kejang-kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit, pingsan, lemah, neg dan muntah-muntah.
 Heat Exhaustion
Biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas, terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas. Penderita berkeringat sangat banyak, sedangkan suhu badan normal atau subnormal. Tekanan darah menurun dan nadi lebih cepat. Penderita merasa lemah mungkin pingsan.
 Heat Stroke
Biasanya yang terkena adalah laki-laki yang pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi. Gejala terpentingnya adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas. Gejala-gejala syaraf pusat dapat terlihat seperti Vertigo
 Miliaria
Adalah kelainan kulit sebagai akibat keluarnya keringat yang berebihan.

Sebagai pencegahan penyakit-penyakit akibat suhu tunggi yang paling penting adalah aklimatisasi. Pekerjaan jasmaniah yang sangat berat, biarpun untuk mereka yang tubuhnya sesuai untuk pekerjaan demikian haruslah dihindarkan bagi mereka yang bekerja di tempat bersuhu tinggi, hal ini terutama perlu dalam minggu-minggu pertama mulai bekerja. Di ruang kerja bersuhu tinggi haruslah tersedia cukup air minum.

Tekanan udara tinggi dan rendah
Penyakit-penyakit oleh rendahnya atau turunnya tekanan udara terjadi untuk mereka yang bekerja di tempat-tempat tinggi di atas permukaan laut atau gunung-gunung. Gejala-gejala sakit oleh rendahnya tekanan udara terutama didasarkan atas kurangnya oksigen untuk pernapasan.
Tekanan udara tinggi dihadapi oleh penyelam-penyelam dan pekerja-pekerja di tambang-tambang yang sangat dalam.

E. PENERANGAN DI TEMPAT KERJA
Penerangan yang baik memungkinkan pekerja melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan.
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.

Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil.

Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.

Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir.

Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.

Sifat-sifat dari penerangan yang baik ditentukan oleh :
• Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan
• Pencegahan kesilauan
• Warna
• Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
b. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.
c. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
d. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.

Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan/pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.

Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b. Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
a. Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
b. Kelemahan mental.
c. Kerusakan alat penglihatan (mata).
d. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
e. Meningkatnya kecelakaan kerja.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :
a. Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.
b. Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan.
c. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup.
d. Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius).
e. Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja.
f. Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip.

F. Bau-Bauan

Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja. Selanjutnya bau-bauan ini dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja. Bau-bauan sebenarnya merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga dari segi higiene pada umumnya.

Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif. Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut.
Orang yang bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman.
Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman. Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh pekerja tersebut diatas.
Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai binatang.
Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu-waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang sedang mengalami ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang.
Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara. Pada kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman.
Pengendalian bau-bauan di lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain :
a. Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil alkohol menjadi butarat dan asam butarat.
b. Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat yang berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.
c. Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan yang tidak enak.
d. Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum ruangan.
e. Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan ruangan juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di tempat kerja.

Bau-bauan adalah suatu jenis pencemaran udara, yang tidak hanya penting ditinjau dari segi penciuman, tetapi juga segi higienis pada umumnya.
Di dalam pekerjaan, perlu dibedakan antara penyesuaian dan kelelahan penciuman. Penyesuaian, apabila indera pencium menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus. Kelelahan, apabila seseorang tidak mampu mencium kadar bau yang normal dapat dicium sesudah mencium kadar yang lebih besar.
Pengendalian bau-bauan dapat dilakukan dengan cara :
- Pembakaran udara yang berbau.
- Penambahan bau-bauan baru kepada udara yang berbau untuk merubah zat berbau menjadi zat lain yang kurang merangsang.
- Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara dua zat berbau.
- Air Conditioning adalah cara deodorisasi yang baik di tempat kerja, asalkan dilaksanakan secara tepat.

Untuk menentukan kadar ambang dari bau-bauan :
• Uji intensitas progresif
Yaitu penciuman terhadap sederetan kadar yang meningkat.
• Uji trianguler
Yaitu tiga contoh dengan dua sama dan satu berbeda, untuk ditentukan yang berbeda oleh pekerja yang diuji.
• Uji identifikasi beberapa bau-bauan dengan menentukan dua dari delapan kemungkinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar