Powered By Blogger

Jumat, 07 Agustus 2009

Konsep kecelakaan kerja

KONSEP KESELAMATAN KERJA
Bagaimana Behavioural Safety Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja
Seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul seiring dengan perkembangan jaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya kecelakaan kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja.

Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring dengan berkembangnya dunia industri di Amerika.

Pengertian Behavioral Safety
Pada awal tahun 1980 muncul pandangan baru tentang kesehatan dan keselamatan kerja yaitu Behavioral safety. Behavioral safety adalah aplikasi sistematis dari riset psikologi tentang perilaku manusia pada masalah keselamatan (safety) ditempat kerja. Behavioral safety lebih menekankan aspek perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

Suizer (1999) salah seorang praktisi Behavioral Safety mengemukakan bahwa para praktisi safety telah melupakan aspek utama dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja yaitu aspek behavioral para pekerja. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Dominic Cooper. Cooper (1999) berpendapat walaupun sulit untuk di kontrol secara tepat, 80-95 persen dari seluruh kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh unsafe behavior

Mengapa unsafe behavior terjadi ?
Orang atau pekerja sering melakukan unsafe behavior terutama disebabkan oleh:
- Merasa telah ahli dibidangnya dan belum pernah mengalami kecelakaan, walaupun melakukan unsafe behavior. Ia berpendapat bahwa bila selama ini bekerja dengan cara ini (unsafe) tidak terjadi apa-apa, mengapa harus berubah. Pernyataan tersebut mungkin benar namun tentu saja hal ini merupakan potensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja

- Perilaku unsafe mendapat reinforcement yang besar dari lingkungan sehingga terus dilakukan dalam pekerjaan. Reinforcement yang didapat segera, pasti dan positif. Bird (dalam Muchinsky, 1987) berpendapat bahwa para pekerja sebenarnya ingin mengikuti kebutuhan akan keselamatan (safety needs) namun adanya need lain menimbukan konflik dalam dirinya. Hal ini membuat ia menomorduakan safety need dibandingkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keinginan untuk menghemat waktu, menghemat usaha, merasa lebih nyaman, menarik perhatian, mendapat kebebasan dan mendapat penerimaan dari lingkungan.


- Unsafe behavior juga sering dipicu oleh adanya pengawas atau manager yang tidak peduli dengan safety. Para manager ini secara langsung atau tidak langsung memotivasi para pekerja untuk mengambil jalan pintas, mengabaikan bahwa perilakunya berbahaya demi kepentingan produksi. Keadaan ini menghasilkan efek negatif yaitu para pekerja belajar bahwa ternyata dengan melakukan unsafe behavior ia mendapat reward. Hal ini membuat unsafe behavior yang seharusnya dihilangkan namun justru mendapat reinforcement untuk muncul. Selain itu kurangnya kepedulian manager terhadap safety ini membuat pekerja menjadi meremehkan komitmen perusahaan terhadap safety.

Upaya Yang Biasa Dilakukan untuk Mengurangi Unsafe Behavior
Unsafe behavior dapat diminimalisasi dengan melakukan dengan beberapa cara. Yang pertama, menghilangkan bahaya ditempat kerja dengan merekayasa faktor bahaya atau mengenalkan kontrol fisik. Cara ini dilakukan untuk mengurangi potensi terjadinya unsafe behavior, namun tidak selalu berhasil karena pekerja mempunyai kapasitas untuk berprilaku unsafe dan mengatasi kontrol yang ada.
Kedua, mengubah sikap pekerja agar lebih peduli dengan keselamatan dirinya. Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa perubahan sikap akan mengubah perilaku. Berbagai upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kampanye dan safety training. Pendekatan ini tidak selalu berhasil karena ternyata perubahan sikap tidak diikuti dengan perubahan perilaku. Sikap sering merupakan apa yang seharusnya dilakukan bukan apa yang sebenarnya dilakukan.
Ketiga, dengan memberikan punishment terhadap unsafe behavior. Cara ini tidak selalu berhasil karena pemberian punishment terhadap perilaku unsafe harus konsisten dan segera setelah muncul, hal inilah yang sulit dilakukan karena tidak semua unsafe behavior dapat terpantau secara langsung.
Keempat, dengan memberikan reward terhadap munculnya safety behavior. Cara ini sulit dilakukan karena reward minimal harus setara dengan reinforcement yang didapat dari perilaku unsafe

Bahaya di Tempat Kerja
Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai anda, baik secara fisik maupun mental.
• Bahaya terhadap keselamatan adalah yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara langsung.
Contoh : benda-benda panas dan lantai yang licin
• Bahan kimia berbahaya adalah gas, uap, cairan, atau debu yang dapat membahayakan tubuh.
Contoh : bahan-bahan pembersih atau pestisida
• Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya, yang belum termasuk dalam katagori diatas, yang dapat melukai atau mengakibatkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam waktu dekat.
Contoh : kebisingan, penyakit menular, atau gerakan yang berulang-ulang.

Tabel ini adalah contoh dari tabel bahaya di tempat kerja yang telah lengkap. Tiap tabel akan tampak berbeda tergantung dari peserta di tiap kelompok dan kasus
bahaya yang mereka hadapi dalam pekerjaan.

TABEL BAHAYA DI TEMPAT KERJA

BAHAN KIMIA
BERBAHAYA ANCAMAN
BAHAYA LAINNYA BAHAYA
TERHADAP
KESELAMATAN
Pelarut / pembersih
Asam / bahan yang
menyebabkan iritasi
Debu (asbes, silika,
kayu)
Logam berat (timah
hitam, arsenik, air
raksa)
Polusi udara
Pestisida
Resin Kebisingan
Radiasi
Gerakan yang berulangulang
Posisi tubuh yang tidak
nyaman
Panas / dingin
Penyakit menular
Stress / pelecehan
Beban kerja / irama
kerja Listrik
Kebakaran / ledakan
Mesin-mesin tanpa
pelindung
Mengangkat bendabenda
yang berat
Pengaturan tempat kerja
(berantakan,
penyimpanan barang
yang tidak baik)
Kendaraan bermotor


Evaluasi Bahaya di Tempat Kerja
Aktivitas utama dalam mengevaluasi bahaya di tempat kerja adalah :
a) Pengamatan di lokasi kepada proses produksi dan cara kerja
b) Wawancara dengan perkerja dan supervisor
c) Survai terhadap lingkungan kerja, peralatan, dan pekerja
d) Penelaahan terdahap dokumen yang diperlukan dari perusahaan
e) Pengukuran dan monitor terhadap efek bahaya bagi pekerja
f) Pembandingan dari hasil monitor terhadap peraturan yang ada dan/atau merekomendasikan petunjuk mengenai batas-batas yang harus diikuti untuk meningkatkan keselamatan kerja

A. Pengamatan di Lokasi
Hal penting yang harus diingat dalam melakukan pengamatan kerja
adalah :
 Mengerti proses produksi dari awal hingga akhir
 Mengamati seluruh tahap kerja untuk setiap operasi beberapa kali untuk dapat mengerti bagaimana pekerjaan dilakukan
 Mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul secara langsung atau dapat menimbulkan gangguan kesehatan segera dan yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan secara bertahap (kronis)
 Mendokumentasikan semua pengamatan yang dilakukan menggunakan :
- Daftar tertulis
- Menuliskan model dan nomor seri dari peralatan
- Mengukur peralatan yang ada dan membuat denah lingkungan kerja
- Mengambil foto terhadap bagian tertentu dan lingkungan sekitarnya
B. Wawancara dengan Pekerja
Hal penting yang perlu diingat dalam mewawancara pekerja adalah :
 Berbicara dengan sedikitnya tiga atau empat pekerja pada tiap daerah kerja sehingga lebih banyak informasi bisa didapat, dan juga agar tidak ada pekerja yang disalahkan atau ‘ditandai’ oleh perusahaan karena berbicara kepada inspektor
 Berbicara dengan supervisor dan pekerja untuk mengetahui apakah perusahaan mengetahui masalah yang ada dan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
 Berbicara dengan bagian perawatan dan teknisi pabrik yang biasanya mengetahui proses dan peralatan dengan baik dan mengerti masalah yang terjadi
 Berbicara dengan staf bagian kesehatan yang biasanya mengetahui jenis luka atau penyakit yang biasanya diderita oleh para pekerja
 Berbicara dengan dewan kesehatan dan keselamatan kerja (jika ada) atau koordinator kesehatan dan keselamatan kerja

C. Survey Tertulis
Melakukan survey tertulis di tempat kerja biasanya amat berguna. Ada tiga jenis survey yang dapat dilakukan, yakni :
1. Survey terhadap pekerja untuk mempelajari jenis luka atau penyakit yang biasa diderita, siapa-siapa saja yang terluka atau sakit, dan pelatihan dan peralatan pelindung yang diperoleh oleh perkerja;
2. Survey terhadap peralatan pabrik untuk mempelajari jenis mesin yang digunakan, bagaimana perawatan peralatan tersebut, dan sistem perlindungan yang dipasang atau tidak dipasang pada peralatan tersebut
3. Survey terhadap lingkungan kerja untuk mengetahui berapa pekerja yang bekerja di tempat itu, mempelajari proses kerja dan peralatan yang digunakan, serta potensi bahaya yang ada di lingkungan tersebut.

D. Penelaahan terhadap Dokumen
Sebagai bagian dari inspeksi tempat kerja, perusahaan harus diminta untuk memperlihatkan dokumen yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja di tempat tersebut.
Dokumen tersebut antara lain :
• Catatan terhadap luka dan penyakit pekerja, di seluruh pabrik dan tiap bagian (apabila catatan untuk tiap bagian tersedia), dari bagian SDM dan klinik kesehatan
• Catatan penyelidikan kecelakaan seperti kebakaran, ledakan, atau kebocoran bahan kimia
• Notulen dari rapat dewan kesehatan dan keselamatan kerja
• Catatan dari inspeksi yang dilakukan auditor pemerintah
• Catatan dari inspeksi yang dilakukan oleh auditor dari perusahaan asuransi

E. Pengukuran dan Monitor terhadap Pekerja
Inspektur pabrik (dari pemerintah, perusahaan asuransi, atau dari perusahaan itu sendiri) mungkin tidak melakukan kesehatan industry (higiene) ketika menginspeksi pabrik. Seharusnya, perusahaan melakukan hal ini untuk mengetahui tingkat bahaya yang dihadapi oleh pekerja dan untuk mengontrol bahaya yang ada. Disini, amat penting untuk mengetahui bagaimana monitoring harus dilakukan dan apa arti dari hasil yang didapat.
Ada dua jenis monitoring yang dapat dilakukan, yakni :
1) Pengukuran seketika terhadap efek pada pekerja ketika tes dilaksanakan;
2) Pengukuran terhadap efek pada pekerja selama shift (8 jam, 10 jam, 12 jam, atau berapapun lamanya shift kerja)
Pengukuran seketika dilakukan dengan peralatan yang langsung dapat dibaca (direct-reading instrument). Pengukuran selama shift dilakukan menggunakan berbagai macam pengukur kualitas udara dan peralatan lainnya. Contoh dari peralatan monitor tersebut antara lain :






Bahaya
Peralatan pengukuran seketika Perlatan pengukuran
selama shift
Kimia
Tabung detektor;
pengukur gas, pengukur
uap Pompa udara, berbagai
macam tabung dan filter

Kebisingan Pengukur tingkat suara Dosimeter
Panas Pengukur “WBGT”
Ventilasi Tabung asap, berbagai
macam pengukur arus
udara


Evaluasi terhadap bahaya kimia di udara cukup rumit dan memerlukan orang yang terlatih dalam melakukan monitoring sehingga hasilnya betul-betul menyatakan tingkat bahaya kimia yang dihadapi pekerja. Namun demikian, monitor seperti ini dapat dilakukan dan merupakan tanggung jawab dari perusahaan untuk mengetahui bahaya yang dihadapi pekerjanya dalam melakukan pekerjaan. Perusahaan harus menggunakan tenaga terlatih dan berpengalaman untuk melakukan monitoring sesuai dengan ketentuan pemerintah dan pratek kesehatan industri.

F. Hal-hal penting dalam memonitor kesehatan industri :
 Semua jenis bahan kimia (gas, uap, cairan, padat, asap) dapat dimonitor
 Setiap bahan kimia mempunyai metoda monitoring tersendiri yang memerlukan peralatan khusus – tidak semua bahan kimia dapat dimonitor dengan cara yang sama;
 Perlatan yang dipakai untuk mengukur tingkat bahan kimia harus dikalibrasi dan dirawat dengan baik
- Contoh dapat diambil dari bererapa variasi waktu : contoh jangka pendek (15 menit) dan contoh selama shift (8 jam atau lebih)
 Berbagai macam contoh dapat diambil, diantaranya :
- Contoh dari lingkungan yang diambil dari dari satu area atau workstation
- Contoh dari ‘daerah pernapasan pribadi’ yang diambil dari alat yang dipakai oleh pekerja
 Strategi lain dari pengambilan contoh dapat dilakukan, diantaranya :
- Contoh acak dari semua bagian kerja dan operasi
- Contoh dari jenis pekerjaan atau operasi yang dianggap terburuk dari seluruh bagian.

Ambang Batasan Bahaya bagi Buruh
Semua hasil monitor dari monitoring, kimia, kebisingan, radiasi atau panas, akan berupa angka-angka. Angka ini akan dibandingkan dengan batasan bahaya bagi pekerja yang ditetapkan oleh pemerintah, asosiasi profesional atau organisasi sejenis yang lain. Tingkat bahaya dalam bekerja ini didesain untuk memberi batasa
sehingga sebagian besar pekerja tidak akan mengalami gangguan kesehatan dari kebisingan, zat kimia, dll. Jika hasil monitoring menunjukkan angka yang lebih tinggi dari batas yang ditentukan, kemungkinan besar para pekerja yang bersangkutan akan mengalami gangguan kesehatan.
Lembaga-lembaga yang buat batasan tersebut mengakui bahwa tidak semua pekerja akan terlindungi dari bahaya. Pekerja yang lebih sensitive terhadap bahan kimia tertentu akan cenderung untuk mengalami gangguan kesehatan bahkan jika batas bahaya yang dihadapinya masih dibawah standar yang ada. Batasan bahaya dalam bekerja ini akan berubah bersama waktu, biasanya menjadi lebih kecil karena penelitan baru menunjukan bahwa gangguan kesehatan dapat terjadi pada tingkat
yang lebih rendah dari batasan yang ada.
Batasan bahaya bagi pekerja juga ditetapkan selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu dan lama kerja 30-40 tahun. Jika jam kerja lebih panjang dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu, maka batasan bahaya tersebut akan lebih rendah perlindungan terhadap pekerja harus lebih banyak dilakukan.
Selain itu batasan tersebut hanya dibuat untuk pengaruh satu zat kimia, sehingga apabila pekerja tersebut harus menghadapi lebih dari satu macam zat kimia, maka batasan yang lebih rendah harus diberikan padanya.
Batasan bahaya bagi pekerja tidak dibuat untuk semua jenis zat kimia yang ada di dunia. Ratusan zat kimia baru ditemukan dan digunakan ditempat kerja tiap tahunnya.
Sehingga, batasan bahaya bagi pekerja bukanlah batasan mutlak antara daerah aman dan bahaya. Batasan ini hanyalah petunjuk bagaimana perusahaan harus mengontrol bahaya yang dihadapi pekerjanya dan memberikan metoda untuk menilai apakah bahaya yang terukur pada monitoring akan menyebabkan gangguan kesehatan bagi kebanyakan pekerjanya.
Adalah penting untuk mengetahui bagaimana mengukur tingkat bahaya dari bahan kimia yang dihadapi pekerja dan membandingkannya dengan batasan bahaya yang ada.
Tabel dibawah ini adalah batasan yang dibuat oleh Divisi Kesehatan dan Keselamatan kerja negara bagian California, yang dapat dibandingkan dengan hasil monitor kesehatan industri yang dilakukan oleh perusahaan. Unit yang digunakan adalah “parts of chemical per million part of air (ppm)” yakni bagian dari zat kimia per sejuta bagian udara, atau “milligram of chemical per cubic meter of air (mg/m3)” yakni milligram dari zat kimia per kubik meter udara.

Nama zat
kimia Batas
jangka
pendek* Batas
selama
shift** Batas
atas***
Komentar

Aseton 1000
ppm 750 ppm 3000
ppm
Arsenik
inorganik 0,01
mg/m3 Menyebabkan kanker
Etil asetat
400 ppm

Timah hitam
0,05
mg/m3
Bahaya terhadap sistem
reproduksi

Metil etil
keton
300 ppm 200 ppm
Metilen
klorida 125 ppm 25 ppm Menyebabkan kanker

Toluena
150 ppm 50 ppm 500 ppm Bahaya terhadap sistem
reproduksi; bahaya
terhadap kulit

Toluena
diisosianat
(TDI)
0,02
ppm 0,005
ppm
0,02
ppm Bahaya terhadap sistem
pernapasan

*biasanya selama 15 menit
**sekitar 8 jam
***batas maksimum yang tidak boleh dilewati selama shift


Mengevaluasi Laporan Monitoring
Dalam mengevaluasi laporan monitoring kesehatan industri dari perusahaan, konsultan kesehatan industri, atau auditor lainnya harus menanyakan pernyatan berikut :
 Bahaya apa saja yang telah dimonitor ?
 Apakah perlatan yang digunakan sudah benar dan sudah dikalibrasi?
 Apakah waktu yang dipakai untuk mengambil contoh sudah cukup untuk mencakup seluruh kemungkinan yang dihadapi pekerja ?
 Apakah semua pekerja yang dianggap mengidap resiko (dari semua bagian dan shift) sudah termasuk dalam pengambilan contoh ?
 Apakah laboratorium yang digunakan untuk menganalisa hasil monitor kompeten ?
 Apakah hasil monitor dibawah atau diatas batasan bahaya dalam bekerja ?

Faktor-faktor Kunci
1) Adalah mungkin dan perlu untuk mengevaluasi bahaya di tempat kerja dengan menggunakan beberapa metoda, termasuk “industrial hygiene monitoring”.
2) Dokumentasi dari bahaya yang ada amatlah penting.
3) Adalah mungkin untuk membandingkan hasil dari industrial hygiene monitoring dengan batasan bahaya dalam bekerja menentukan tingkat resiko kesehatan bagi pekerja.
Mengendalikan Bahaya
Pekerja tidak dapat dilindungi apabila bahaya yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi. Berbagai metoda untuk melindungi pekerja atau pengendalian bahaya telah diciptakan. Ada tiga jenis pengendalian, yakni :
1. Pengendalian Teknik
2. Pengendalian Administratif
3. Peralatan Pelindung Pekerja
Semua tipe pengendalian ini dapat digunakan secara bersamaan, tapi prioritas harus diberikan kepada pengendalian teknik sebelum metoda pengendalian yang lain diaplikasikan.
Pengendalian adminitratif dan peralatan pelindung pekerja sebaiknya tidak diaplikasikan sebelum pengendalian teknik dicoba, atau jika pengendalian teknik tidak mungkin dilakukan. Perlu diingat bahwa yang terbaik untuk melindungi pekerja adalah :



1. Pengendalian Teknik
Pengendalian teknik adalah pengendalian yang terbaik karena menghilangkan bahaya yang ada atau menghilangkan kemungkinan bahaya tersebut mengenai pekerja. Sasaran dari pengendalian teknik adalah bahaya yang ada secara langsung, dan efektifitasnya tidak tergantung pada perilaku pekerja.
Yang termasuk dalam jenis pengendalian teknik adalah metoda untuk :
 Mendesain kembali proses produksi, seperti dengan :
o Mengganti motor berbahan bakar bensin dengan motor listrik untuk menghilangkan polusi asap
o Memasang peralatan pengisi pada mesin untuk melindungi tangan
o Menggunakan metoda basah untuk mengurangi tingkat debu
 Mekanisasi proses produksi, seperti menggunakan ban berjalan untuk menghilangkan debu yang terjadi pada proses penyendokan
 Menggunakan produk yang lebih aman, seperti dengan :
o Menggunakan bahan kimia yang tidak beracun, tidak berdebu, atau tidak mudah terbakar;
o Mengganti peralatan lama dengan peralatan baru yang menggunakan sistem pelindung;
 Mengisolasi proses atau mengisolasi pekerja dari proses, seperti dengan :
o Memasang penutup pada peralatan yang menggeluarkan bunyi yang keras,
o Membangun ruang pengendali dimana pekerja terlindung dari kebisingan, panas, atau asap beracun;
 Memasang ventilasi buangan lokal (local exhaust ventilation), yakni sistem ventilasi yang secara langsung dipasang pada tangki bahan kimia, meja las, dan tempat kerja untuk menyedot racun pada udara secara langsung.

Keuntungan dari pengendalian teknik adalah dapat menghilangkan bahaya secara total, atau menghilangkan kemungkinan pekerja terkena bahaya. Namun demikian ada beberapa kerugian atau masalah pada pengendalian teknik. Yaitu :
• Biaya dari pengendalian teknik mungkin amat mahal dan menyulikan pengusaha kecil untuk mengaplikasikannya;
• Kemampuan teknologi yang ada sekarang belum mampu untuk menanggulangi semua jenis bahaya yang ada;
• Penutupan atau isolasi terhadap bahaya tidak menghilangan bahaya secara total, pekerja masih mungkin terkena bahaya apabila terjadi kecelakaan atau kebocoran;
• Penggantian penggunaan bahan kimia atau mesin mungkin dapat menyebabkan jenis bahaya baru;
• Sistem ventilasi harus dirawat dan dites secara periodik untuk tetap bekerja dengan efektif.

Rekomendasi Laju Udara Minimum untuk Sistem Ventilasi BuanganLokal
Kondisi polutan
Contoh
Laju Udara yang
Direkomendasikan*
Batas
Bawah**
Batas
Atas***

Masuk ke udara
tenang tanpa
kecepatan
Penguapan dari
tangki; sistem
pelumas; dll
50
100

Masuk ke udara
tenang dengan
kecepatan rendah
Penyemprot, pengisi
container; ban
berjalan dengan
kecepatan rendah;
pengelasan;
penyepuhan;
pengawetan 100
200

Masuk ke dalam
udara berkecepatan
tinggi
Cat semprot;
pengisian drum;
pengisian ban
berjalan; alat
penghancur 200 500

Masuk ke dalam
udara berkecepatan
tinggi dengan
kecepatan tinggi
Mesin pengamplas;
pengaduk


* Laju udara diukur dalam satuan kaki per menit
**Batas bawah berlaku jika :
- Udara di ruangan dapat mengalir dengan baik
- Polutan mempunyai kadar racun yang rendah
- Volume polutan relatif rendah
***Batas atas berlaku jika :
- Aliran udara diruangan banyak mengalami gangguan
- Polutan mempunyai kadar racun yang tinggi
- Volume polutan cukup besar
- Untuk ruang lokal kecil yang terisolasi

2. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif tidak menghilangkan bahaya secara langsung, tetapi digunakan untuk membatasi waktu kontak antara pekerja dengan bahaya. Untuk menjadi efektif, pengendaliaan administratif bergantung pada perilaku manusia.
Yang termasuk dalam pengendalian administratif antara lain :
 Menggilir tempat pekerja antara pekerjaan yang berbahaya dengan pekerjaan yang tidak berbahaya, sehingga waktu kontak dengan bahaya dapat dikurangi;
 Menambah jam istirahat untuk mengurangi waktu kontak dengan bahaya;
 Mengubah jadwal kerja, jika memungkinkan jadwalkan pekerjaan yang membuat suhu naik dikerjakan malam hari ketika suhu ruangan lebih rendah;
 Bersihkan tempat kerja dari sisa potongan dan kotoran untuk mengurangi terjadinya kebakaran dan kecelakaan; untuk melindungi peralatan; untuk mencegah akumulasi bahan beracun;
 Meningkatkan fasilitas kesehatan dan kebersihan, seperti memberi tempat bagi pekerja untuk mencuci muka dan tangan sebelum makan dan minum, melarang makan dan minum di tempat kerja, memberi tempat agar pekerja dapat mandi setelah shift dan meninggalkan pakaian kotor di tempat kerja
 Meningkatkan kemampuan pekerja untuk mengenali bahaya dan mengambil langkah untuk melindungi diri sendiri
 Memberikan jumlah istirahat yang cukup


Ada beberapa kerugian atau masalah dengan pengendalian administratif, yakni : Bahaya yang ada tidak hilang, hanya waktu kontak antara pekerja dengan bahaya dikurangi. Penggiliran tempat kerja mengurangi waktu kontak seorang pekerja dengan bahaya, namun juga menambah jumlah pekerja yang berhubungan dengan bahaya. Seperti pada proses-proses lain yang melibatkan tindakan manusia, kesalahan manusia dapat terjadi dan menyebabkan bahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar