Powered By Blogger

Jumat, 07 Agustus 2009

KECELAKAAN KERJA

Latar Belakang

Kerugian di sebuah perusahaan tidak semata-mata terjadi karena faktor ekonomis (efisiensi), kualitas produk atau strategi marketing saja. Ada faktor lain yang dapat menimbulkan kerugian, bahkan tidak hanya secara material, melainkan juga korban jiwa yang tak ternilai harganya. Salah satu faktor lain tersebut adalah yang berhubungan dengan keselamatan kerja, yaitu terjadinya kecelakaan kerja.

Kejadian kerugian perusahaan akibat kecelakaan kerja dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kecelakaan dan kerugiannya pun bervariasi, yang meliputi unsur manusia, mesin (material) dan lingkungan kerja. Banyak contoh kejadian kerugian akibat kecelakaan kerja, seperti baru-baru ini ledakan di sebuah pabrik petrokomia dengan korban jiwa dan kerugian material yang tidak sedikit. Demikian pula kejadian kecelakaan sehari-hari yang kita saksikan di bidang transportasi baik di darat, laut maupun udara.

Logika awam mengatakan bahwa sebuah peristiwa terjadi tentu ada yang melatarbelakangi. Seseorang jatuh sakit, tentulah ada penyebabnya. Demikian pula sebuah kecelakaan yang terjadi baik di tempat kerja maupun di luar pastilah ada penyebabnya. Namun, untuk mengetahui penyebab sebenarnya tidaklah sederhana bisa langsung ditentukan pada saat itu juga. Misalnya dengan mengatakan si A bersalah atau mencari kambing hitam penyebab sebuah kecelakaan. Perlu penelusuran atau suatu investigasi.

Selain itu, dalam wacana keilmuan dan juga berimplikasi ke praktek di lapangan dalam mempelajari/menemukan penyebab kecelakaan secara tepat diperlukan suatu konsep. Untuk itu, maka dalam tulisan ini akan dibicarakan mengenai konsep-konsep yang ada mengenai penyebab kecelakaan (incident/accident).

Pengertian Incident/Accident
Sebelum diuraikan lebih jauh berbagai konsep mengenai sebab-sebab terjadinya incident, ada baiknya dipahami terlebih dahulu pengertian tentang incident. Untuk lebih jelasnya, dalam tulisan ini perlu dibahas dua istilah, yaitu incident dan accident yang dapat dijumpai pada banyak referensi. Masing-masing memiliki pengertian tersendiri dan juga dicoba digambarkan hubungan diantara keduanya.

Dalam edisi revisi buku Practical Loss Control Leadership, Bird & Germain (1996) menyimpulkan accident - an event that results in unintended harm or damage. Selanjutnya disebutkan accidents - result from contact with a substance or source of energy above the threshold limit of the body or structure. Sedangkan incident ¡V an event which could or does result in unintended harm or damage.

National Safety Council secara jelas menyatakan hubungan antara incident dan accident bahwa semua accident merupakan incident dan digambarkan seperti berikut :
Selengkapnya disebutkan “An accident is an unplanned, undesired occurrence in a sequence of events that results in personal injury or illness or death and/or property damage” . Sementara itu, untuk incident dinyatakan “An incident is unplanned, undesired event that adversely affects the completion of a task”.
Dalam buku Plant Guidelines for Technical Management of Chemical Process Safety (CCPS, 1991) pada Glossary hanya dicantumkan incident yang didefinisikan lebih singkat dengan “The loss of containment of material or energy”. Suma’mur (1981) menyebutnya dengan kecelakaan dan memberi batasan sebagai “Kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih lebih dalam bentuk perencanaan”. Menurutnya peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Selanjutnya, mengenai kecelakaan sebagai suatu yang tidak diharapkan dijelaskannya : “Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat”.
Dari uraian di atas dapat dikatakan di sini bahwa incident/accident merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan, dapat menimbulkan bahaya/menyebabkan kerugian fisik (manusia) atau di luar manusia yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi (individu dengan sumber bahaya) melebihi ambang batas tertentu. Dalam pemahaman praktis, incident dan accident dapat dibedakan, yaitu pada incident belum muncul kerugian (hampir/nyaris celaka).

Pada uraian berikutnya kedua istilah tersebut dapat muncul berdasarkan model/konsep yang ada seperti tertulis dalam sumber. Namun demikian, merujuk kepada National Safety Council dalam hal ini accident merupakan bagian dari incident dan sesuai judul, maka di sini secara umum digunakan kata incident karena lebih luas maknanya karena mencakup kecelakaan dan nyaris celaka.

Beberapa Konsep Penyebab Incident dan Pembahasan
Pembicaraan mengenai konsep penyebab incident bertalian dengan runutan sejarah perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari permulaan hingga saat ini. Secara keseluruhan model/konsep tentang penyebab kecelakaan berkembang hingga yang paling akhir dewasa ini diterapkan, tapi kemudian pada titik tertentu berbalik pada konsep awal/dasar seperti sebuah mode. Ilustrasi ini untuk menggambarkan sejarah perkembangan konsep/model penyebab kecelakaan yang telah dicetuskan oleh para ahli, khususnya bidang K3. Seperti kita ketahui trend yang saat ini dominan, banyak diterapkan terutama di perusahaan-perusahaan besar disamping menjadi tuntutan global dan memang telah disepakati/diakui baik oleh para ahli maupun praktisi K3 di perusahaan-perusahaan bahwa muara/diagnosis akhir terjadinya kecelakaan sekaligus terapi awal upaya pencegahan kecelakaan adalah manajemen sebagai sebuah sistem. Namun, pada bahasan/titik tertentu akan kembali pada konsep awal seperti yang dikemukakan oleh Heinrich dengan dominasi human error/unsafe act-nya atau kembali ke perilaku manusia. Hal lain yang menonjol adalah terdapatnya fenomen gunung es (ice berg) pada accident cost, angka kejadian incident serta sebab-sebab yang menyertai munculnya incident.

Untuk lebih memperkaya khasanah keilmuan mengenai apa dan atau siapa sebenarnya penyebab incident, akan dikemukakan beberapa konsep/model penyebab incident sebagai berikut :
a. Kita anggap penyakit akibat kerja merupakan suatu incident. Bernardino Ramazzini (1664 V 1714) yang dikenal sebagai funder K3 dengan bukunya Discourse on the diseases of workers mengaitkan penyakit pasien dengan pekerjaannya dan mulai mengembangkan ilmu kedokteran dari perspektif sosiomedicine. Ramazzini menyatakan bahwa ada dua kelompok besar penyebab penyakit akibat kerja yaitu bahaya yang terkandung di dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).
b. Heinrich Model
Heinrich (1941) meneliti penyebab-penyebab kecelakaan. Munculnya teori Heinrich menandai era perkembangan manajemen modern. Heinrich sampai pada kesimpulan bahwa penyebab kecelakaan umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition). Heindrich model digambarkan dalam sederetan model kartu domino (teori domino) berikut ini :

Menurut Heinrich terjadinya accident sampai terjadi kerugian karena faktor-faktor sebelumnya, yaitu kondisi kerja & perilaku kerja, human factor, lingkungan. Contoh kasus, dapat digambarkan sebagai berikut :
Kerugian fisik, produktivitas
Accident terperosok
Kondisi kerja licin, ada lubang terbuka
Perilaku kerja tidak hati-hati, ceroboh
Human factor karakteristik pekerja (skill kurang)
Lingkungan tidak mempelajari

Selain mengemukakan teori domino seperti disebutkan di atas, W. Heinrich juga menjelaskan tentang acciden ratio. Menurutnya perbandingan jumlah kecelakaan kerja berakibat cacat/cidera : cidera ringan : kerusakan material dan keadaan hampir celaka adalah = 1 : 10 : 30 : 600.
1 Cacat/cidera berat
10 Cidera ringan
Kerusakan material
600 Near Miss (hampir celaka)

Dalam proses kegiatan operasi, ada 4 pokok elemen yang saling berkaitan :
1. Unsur manusia
Manusia merupakan unsur yang memegang peranan dalam mengakibatkan kecelakaan. Faktor manusia adalah karyawan dan manajemen.
2. Unsur lingkungan
Semua yang ada di sekitar kita, gedung termasuk gudang dan tempat dimana manusia berada, dalam hal ini erat hubungan antara manusia dengan kondisi lingkungan kerja seperti suhu, penerangan dan lain-lain.
3. Unsur material
Merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses yang potensial menjadi penyebab kecelakaan bila tidak dikelola dengan benar.
4. Unsur peralatan
Peralatan adalah alat-alat atau perkakas yang dipergunakan oleh karyawan dalam proses produksi termasuk dalam hal ini mesin-mesin.


c. Bird & Loftus Model
Bird & Loftus menggambarkan penyebab terjadinya accident yang dapat menimbulkan injury/loss seperti berikut ini:
Penyebab accident seperti ditunjukkan dalam gambar di atas, menurut Bird & Loftus adalah meliputi kejadian-kejadian mendahuluinya berupa perilaku dan kondisi tidak aman, penyebab-penyebab langsung dan rendahnya kontrol managemen. Teori ini menggarisbawahi atau membedakan antara penyebab langsung dengan peran managemen. Dari teori ini sudah terlihat bahwa pada akhirnya sebuah accident terjadi karena menyangkut sistem manajemen.

d. Frank Bird Model
International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 yang dipelopori oleh Frank Bird mengemukakan teori Loss Caution Model yang menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab terjadinya kecelakaan. Teori yang dikemukakan Frank Bird pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari yang ditemukan H.W. Heinrich. Frank Bird menggambarkan cara berfikir modern terjadinya kecelakaan/banyak dipergunakan sebagai landasan berfikir untuk pencegahan terjadinya kecelakaan.


The Loss Causation Model yang dikemukakan Frank Bird adalah seperti dalam gambar di bawah ini :

Frank E Bird sebagai pakar ilmu keselamatan mengemukakan teori penyebab kecelakaan berdasarkan berdasarkan urutan sebagai berikut :
1. Manajemen
Kurangnya pengawasan terutama dalam fungsi managerial, seperti :
• Perencanaan
• Organisasi
• Pimpinan
• Pengawasan/Controlling

2. Sebab-sebab utama
• Human factor (Faktor manusia):
- Pengetahuan kurang
- Motivasi kurang
- Keterampilan kurang
- Problem/stress fisik atau mental
- Kemampuan yang tidak cukup secara fisik dan mental
• Job factor (Faktor pekerjaan):
- Standar mutu pekerjaan yang tidak memadai
- Desaign dan maintenance yang tidak baik
- Pemakaian yang tidak normal dan lain-lain
3. Penyebab langsung ¡V gelala
• Tindakan yang tidak aman
• Keadaan kerja yang tidak aman
Pada kartu domino bila dasarnya penyebab langsung dengan gejala ini, maka kartu domino akan jatuh terjadi efek kecelakaan.
4. Incident (peristiwa)
Terjadinya kontak dengan sumber energi (energi kinetik, elektrik, akustik, panas, radiasi, kimia dan lain-lain) yang melebihi nilai ambang batas kemampuan badan atau struktur. Misalnya beban berlebih, kontak sumber energi berbahaya.

5. Loss (kerugian)
Kehilangan manusia, harta benda, proses produksi dan image pada perusahaan. Biaya yang ditanggung dari kejadian kecelakaan seperti fenomena gunung es.
Dalam Loss Caution Model terlihat bahwa kehilangan (loss) apa saja terjadi karena akibat dari ketidakseimbangan yang dialami oleh sesuatu. Ketidakseimbangan terjadi karena ada sesuatu kejadian ysng tidsk normal karena adanya sebab-sebab langsung, kemudian kalau ditelusuri ada sebab-sebab dasarnya yang datang dari kontrol yang lemah.
Urutan teori domino seperti diuraikan di atas perlu dicermati sebagai penyebab terjadinya incident baik langsung maupun tidak langsung pada setiap kegiatan guna meningkatkan sistem pengawasan, dimana pengawasan ini sangat luas arti dan bentuknya, dapat berupa pengawasan langsung melalui peraturan perusahaan yang ada serta pengawasan mandiri. Setiap sistem pengawasan yang ada tetap harus dikaji ulang guna mengikuti perubahan-perubahan atau kemajuan teknologi yang begitu pesat. Setiap pekerja selalu dituntut untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga keselamatan.
Setiap kecelakaan mempunyai tipe dan tingkatan yang sangat bervariasi tergantung dari bagaimana dan di mana kejadian itu terjadi. Besar kecilnya kerugian yang dialami akibat dari suatu kecelakaan akan sangat tergantung dari sebab-sebab yang ada. Kalau dikategorikan tentang variasi kecelakaan mulai dari seseorang tergores jari tangan sampai musnahnya suatu kilang serta korban manusia dalam jumlah besar. Banyak sudah contoh kecelakaan yang dialami industri besar di dunia ini sehingga menderita kerugian yang cukup besar pula meliputi material, mesin, manusia dan lingkungan sekitarnya.

e. Konsep Banyak Sebab (The Concept of Multiple Causes)
Sebuah incident yang terjadi kalau ditelusuri lebih jauh akan ditemukan banyak sebab atau faktor penyebab. Seperti sebuah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor resiko, maka pada konsep incident/accident juga dapat dilihat dengan konsep Multiple Causes. W.G. Johnson pengarang MORT Safety Assurance System, di dalam Bird & Germain (1996) menyatakan “Accidents are usually multi-factoral and develop through relatively lengthy secuences of changes and errors”.
Dari gambar di atas tampak bahwa accident disebabkan oleh banyak faktor yang mendahului. Perubahan pada sistem atau unit-unit kerja dan kesalahan yang terjadi terdapat pada berbagai tingkatan (level) serta berbagai departemen atau bagian turut berperan dalam terjadinya accident. Pada efek tersebut, terdapat tiga level atau tingkatan penyebab accident, yaitu:
1. Immediate causes.
2. Basic causes and
3. Lack of management system control factors.
Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama. Suma¡¦mur (1981) menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (sama dengan unsafe human acts).
2. Keadaan-keadaan lingkungan, peralatan, tempat kerja yang tidak aman (sama dengan unsafe conditions).
Dari penyelidikan-penyelidikan, faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan sangat penting. Pada setiap hasil penelitia diketahui bahwa 80 ¡V 85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana, atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan.
Penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Kecelakaan harus secara tepat dan jelas diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi. Hanya pernyataan bahwa kecelakaan dikarenakan oleh misalnya alat kerja atau tertimpa benda jatuh tidaklah cukup, melainkan perlu ada kejelasan tentang serentetan peristiwa atau faktor-faktor yang terjadi dan akhirnya menjadi sebab kecelakaan. Setiap keadaan atau faktor ini adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi serentetan peristiwa keseluruhannyalah yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Apabila sebab satu bagian dari rentetan peristiwa tersebut dihilangkan, kecelakaan tidak akan terjadi.

Contoh : Seorang menaiki tangga dan terjatuh, oleh karena satu anak tangga tidak ada. Analisa kecelakaan dengan pemeriksaan menemukan kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
1. Terdapat tangga di ruang kerja dengan salah satu anak tangga hilang.
2. Seorang tenaga kerja mengambil tangga itu dan menggunakannya untuk pekerjaan perawatan.
3. Sesudah pekerjaan selesai ia turun tanpa ingat bahwa satu anak tangga tidak ada
Ketiga faktor ini perlu untuk terjadinya kecelakaan, tetapi kecelakaan terjadi hanya karena keseluruhan dari ketiga faktor tersebut terjadi. Jika salah satu faktor tidak ada, kecelakaan tidak akan terjadi. Faktor mana yang akan ditonjolkan sebagai sebab kecelakaan adalah faktor yang positif akan membantu pencegahan selanjutnya, agar tindakan selanjutnya positif memberi manfaat. Dalam hal ini, adanya tangga yang tidak lengkap anak tangganya adalah sebab utama yang harus diperbaiki. Sedangkan yang lainnya dapat dianggap penyebab tambahan yang perlu pula ada perhatian, yaitu perlunya larangan penggunaan tangga yang tidak baik dan perlunya pendidikan kepada tenaga kerja, agar tetap selalu berhati-hati dalam pekerjaannya.
Cara pemeriksaan kecelakaan sangat penting untuk mengetahui sebabnya. Pemeriksaan kecelakaan harus selalau dilakukan di tempat terjadinya kecelakaan. Adalah sangat memudahkan, jika pemeriksaan dilakukan pada keadaan yang belum diubah seperti ketika kecelakaan terjadi. Maka dari itu, setelah terjadinya kecelakaan tempat tersebut tidak diganggu dan dibiarkan demikian, kecuali jika perlu pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan atau kerusakan lebih lanjut. Adapun korban harus segera mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya.

INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA
Investigasi kecelakaan kerja harus dilaksanakan oleh personel atau team investigasi yang kompeten untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, investigator kecelakaan kerja harus mendapatkan pelatihan tentang prosedur investigasi kecelakaan kerja, teknik investigasi kecelakaan dan analisa akar penyebab kecelakaan kerja. Sedangkan Team Investigasi Kecelakaan Kerja (TIK) dapat disusun oleh Investigator, yang dapat terdiri dari ; orang yang menguasai bidang tertentu (ahli) dan pendamping team (satpam, Humas, dsb).
Investigasi kecelakaan kerja merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan dan mencegah kerugian (termasuk proses produksi) yang timbul akibat kecelakaan kerja.
Mengapa kecelakaan perlu diinvetigasi dan dilaporkan ?
Tujuan
1. Memperbaiki kualitas keselamatan kerja
2. Mengurangi kesempatan terjadinya kecelakan kerja serupa dimasa datang
3. Menyediakan atau membangun tempat atau lingkungan kerja yang aman
Maksud
1. Untuk mendapatkan kronologi kecelakaan yang benar dan menetapkan kritikal factor.
2. Untuk menentukan akar penyebab kejadian kecelakaan kerja (bukan menetapkan siapa yang salah)
3. Menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan

Menentukan siapa yang bersalah adalah sangat berbeda dibanding dengan menyelidiki kecelakaan untuk pencegahan. Tanggung jawab tentang terjadinya kecelakaan bewrkaitan dengan hak kmpensasi kecelakaan, penindakan atau hukuman bagi pelanggaran ketentuan-ketentuan keselamatan, tindakan lain terhadap yang bersalah, dan lain-lain. Penyelidikan tentang tanggung jawab ini sangat membantu dalam pencegahan terulangnya kecelakaan.
Sekalipun rumit permasalahan sebab-sebab kecelakaan, secara sederhana dapat dikatakan bahwa penyebab-penyebab kecelakaan paling utama ditemukan tidak pada mesin-mesin yang paling berbahaya (seperti mesin gergaji, mesin pengaduk dan mesin tekan) atau zat-zat yang paling berbahaya (seperti bahan-bahan peledak atau cairan-cairan yang mudah menyala), tetapi pada kegiatan-kegiatan yang biasa seperti terantuk, terjatuh, bekerja tidak tepat, atau penggunaan perkakas tangan dan tertimpa oleh benda jatuh. Kenyataan ini dapat dilihat dari beberapa statistik. Di Perancis kecelakaan-kecelakaan atas penyebab demikian mencapai 78,2%, sedangkan oleh mesin hanya 11,5%. Di Amerika serikat, kecelakaan-kecelakaan oleh pesawat-pesawat motor hanya 0,4% dan oleh mesin-mesin 9,8%. Di Indonesia, keadaan masih demikian, bahwa kecelakaan-kecelakaan beratlah yang dilaporkan dan angka kecelakaan atas dasar laporan tersebut terbesar bersumber pada pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.



1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu keadaan yang tak terduga dan yang tidak dikehendaki yang mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka -sangka dalalm sekejab mata, dan setiap kejadian tersebut terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yakni : lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia.
Kecelakaan ialah suam kejadian yang tak terduga dan yang tidak diharapkan, karena dalam peristiwa tesebut tidak terdapat unsur kesengajaan. lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.

2. Penyebab Kecelakaan Kerja.
Beberapa pemikiran ahli mengenai penyebab kecelakaan kerja:

A. Teori Heinrich
Teori Heinrich dikenal dengan teori domino. Menurut M.Sulakmono (1997) sebagai berikut : (Lihat gambar 1)
Keterangan .
I. Heriditas (keturunan)
Misalnya :
a. Keras kepala
b. Pengetahuan lingkungan jelek
Karena hal tersebut di atas akhirnya kurang hati-hati akibatnya akan terjadi kecelakaan.

II. Kesalahan manusia
Kelemahan sifat perseorangan yang menunjang terjadinya kecelakaan, misalnya:
a. kurang pendidikan
b. Angkuh
c. Cacat fisik dan mental
Karena sifat di atas timbul kecendrungan kesalahan dalam kerja yang akhirnya mengakibatkan kecelakaan.

III. Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tak aman) Misalnya :
a. Scara fisik mekanik meninggalkan alat pengaman
b. Pencahayaan tidak memadai
c. Mesin sudah tua
d. Mesin tak ada pelindungnya

IV. Kesalahan (Accident) Misalnya:
a. Akan menimpa pekerja
b. Mengakibatkan kecelakaan orang lain (termasuk keluarganya)

V. Dampak kerugian Misalnya:
a. Pekerja : luka. cacat. tidak mampu bekerja atau meninggal dunia
b. Supervisor : Kerugian biaya langsung dan tak langsung
c. Konsumen : Pesanan tertunda dan barang akan menjadi langka
Apabila satu jatuh maka akan mengenai semuanya, akhimya sama-sama jatuh (sesuai arah panah. hilat gambat• 2)
Untuk mengatasi agar yang lainnya tidak berjatuhan salah satu domino misalnya no. 2 harus diambil. (lihat galllbar 3). Dengan demikian kecelakaan yang lain dapat dihindari, hal tersebut juga merupakan pencegahan kecelakaan.
Teori Domino Heinrich ini membawa perubahan besar dalam cara berpikir orang yang berkecimpung dalam usaha pencegahan kecelakaan yang dianut di berbagai negara. Dengan melahanakan teori ini, terjadi penurunan kecelakaan kerja di USA. Menurut dan Petersen (1971) penurunan ini dari tahun 1931 jumlah acciden frequency (FR) 15.12 accident million worker - hours menjadi 5.99 pada tahun 1961. Saverity rate (SR) pada tahun 1931= 1.590 kerugian waktu per manusia -jam. Turun menjadi 611 pada tahun 1971 dan menjadi752 pada tahun 1973

Dari tahun 1971 ke 1973 ada tanda-tanda kenaikan angka kecelakaan bahkan terjadi sampai tahun 1975 . tetapi yang lebih nampak pada kenaikan angka kecelakaan yakni dari tahun 1961 sampai tahun 1975.
Kenaikan angka kecelakaan itu terjadi karea adanya faktor lain yang belum masuk dalam teori Domino Heinrich. Hal ini yang memicu untuk meneliti kembali mengenai teori Heilnrich ini.
B. Teori Frank E. Bird Petersen
Beliau merupakan salah saru orang Amerika yang mengatakan bahwa dalam penerapan teori Heinrich terdapat kesalahan prillsipil. Orang terpaku pada pengambilan salah satu domino yang seolah -olah menanggulangi penyebab utama kecelakaan yakni Kondisi atau perbuatan tak aman. Tetapi mereka lupa untuk menelusuri sumber yang mengakibatkan kecelakaan. FEB Peterson mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen yang intinya sebagai berikut (M.Sulaksmono, 1997)
I.Manjemen Kurang kontrol
II. Sumber Penyebab Utama
III Gejala Penyebab langsung (praktek di bawah standar)
IV. Kontak Peristiwa (kondisi di bawah standar)
V. Kerugian Gangguan (tubuh maupun harta benda)


Usaha Pencegahan kecelakaan kera hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian .praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen.
Disebutkan pula bahwa setiap 1 kecelakaan berat akan disertai 10 kecelakaan ringan, 30 kecelakaan harta benda dan 600 kejadian lainnya yang hampir celaka.


Penyebab tejadinya kecelakaan kerja pada dasarnya disebabkan oleh 2 hal :
• Unsafe action yaitu suatu tindakan yang salah dalam bekerja tidak menurut SOP yang telah ditentukan (human error) misalnya dalam mengoperasikan mesin, peralatan, dll
• Unsafe condition yaitu lingkungan kerja yang tidak baik, misalnya lingkungan fisik, biologi, kimia, psikososial.

3. Kecelakaan Kerja Karena Faktor Manusia
Hasil penilitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia Unsur-unsur tersebut menurut buku "Management Losses" Bab II tentang " The causes and Effects of Loss' antara lain :
A. Ketidak seimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja,antara lain:
• Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan
• Posisi tubuh yang menyebabkan lebih lemah
• Kepekaan tubuh
• Kepekaan panca indra terhadap buyi
• cacat fisik
• Cacat sementara
B.Kefidak seimbongan kemampuan psikologis pekerja.antara lain:
• Rasa takut/phobia
• Gangguan emosional
• Sakit jiwa
• Tingkat kecakapan
• Tidak mampu memahami
• Sedikit ide (pendapat)
• Gerakannya lamban
• Keterampilan kurang
C.Kurang pengetahuan antara lain :
• Kurang pengalaman
• Kurallg orientasi
• Kurang latihan memahami tombol- tombol (petunjuk lain)
• Kurang latihan memahami data
• Salah pengertian terhadap suatu perintah
D. Kurang trampil, antara lain :
• Kurang mengadakan latihan praktik
• Penampilan kurang
• Kurang kreatif
• Salah pengertian
E. Stres mental, antara lain:
• Emosi berlebihan
• Beban mental berlebihan
• Pendiam dan tertutup
• Problem dengan suatu yang tidak dipahami
• Frustasi
• Sakit mental
F. Stres fisik, antara lain :
• Badan sakit (tidak sellat badan)
• Beban tugas berlebihan
• Kurang istirahat
• Kelelahan sensori
• Terpapar bahan berbahaya
• Terpapar panas yang tinggi
• Kekurangan oksigen
• Gerakan terganggu
• Gula darah menurun
G. motivasi menurun (kurang motivasi), antara lain:
• Mau bekerja bila ada penguatan/hadiah (reeward)
• Frustasi berlebihan
• Tidak ada umpan balik (feed back)
• Tidak mendapat insentif produksi
• Tidak mendapat pujian dari hasii kerianya
• Terlalu tertekan


4. Akibat/dampak kecelakaan kerja
A. Kerugian bagi instansi
 Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit
 Biaya pengobatan, penguburan jika sampai korban meninggal dunia
 Hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga menghambat kelancaran program
 Mencari pengganti atau melatih tenaga baru
 Mengganti/memperbaiki mesin yang rusak
 Kemunduran mental para pekerja

B. Kerugian bagi korban
Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai mengakibatkan ia cacat atau meninggal dunia, ini berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih saying orang tua terhadap putra-putrinya.

C. Kerugian bagi masyarakat dan negara

Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi yang mengakibatkan dinaikkannya hara produksi perusahaan tersebut dan merupakan pengaruh bagi harga di pasaran.

5. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan kecelakaan kerja menurut para pakar :
A. Menurut Bennet NB Silalahi (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dua aspek, yakni ;
• Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan mesin, letak dsb)
• Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)

B. Menurut Julian B.Olishifki (1985) bahwa aktivitas pencegahan yang profesional adalah :
• memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material dan struktur perencanaan.
• memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut
• memberikan pendidikan (training) kepada karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja
• memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.

C. Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut:
• Peraturan perundangan yaitu ketelntuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi. perawatan dan pemiliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kera peralatan industri, tugas- tugas pengusaha dan buruh, latihan. supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.
• Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD)
• Pengawasan agar ketentuan UU wajib dipatuhi
• Penelitian bersifat teknik misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan peralatan lainnya.
• Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
• Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.
• Penelitian secara statistic, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi
• Pendidikan
• Latihan-latihan
• Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang semangat
• Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.
• Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.

Bagaimana Behavioural Safety Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja

Seiring dengan berkembangnya dunia industri, dunia kerja selalu dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi bila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Berbagai macam tantangan baru muncul seiring dengan perkembangan jaman. Namun masalah yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja sejak awal dunia industri dimulai adalah timbulnya kecelakaan kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja.

Jumlah kerugian materi yang timbul akibat kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring dengan berkembangnya dunia industri di Amerika.

Pada tahun 1995 jumlah kerugian yang diderita oleh pemerintah Amerika sudah mencapai angka 119 milyar dollar. Pertumbuhan kerugian sebesar 67,9 milyar dollar selama 15 tahun merupakan angka yang sulit dibayangkan besarnya. Kerugian ini belum termasuk hilangnya korban jiwa yaitu setiap tahun 1 dari 10 pekerja tewas atau terluka dalam kecelakaan kerja.
Di Indonesia sendiri sangat sulit menentukan jumlah angka kerugian materi yang muncul akibat dari kecelakaan kerja. Hal ini karena setiap kejadian kecelakaan kerja perusahaan bersangkutan tidak berkenan menyampaikan kerugian materi yang mereka derita. Namun menurut catatan dari Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) pada tahun 1999 terjadi 27.297 kasus kecelakaan kerja, dengan jumlah korban mencapai 60.975 pekerja. Dari sejumlah korban tersebut terdiri dari 1.125 pekerja tewas, 5.290 cacat seumur hidup dan 54.103 pekerja sementara tidak bisa bekerja.

Melihat angka-angka tersebut tentu saja bukan suatu hal yang membanggakan. Keadaan ini sangat mengganggu keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut. Tentu saja perusahaan-perusahaan tersebut tidak tinggal diam dalam menghadapi angka kecelakaan yang begitu besar. Perusahaan-perusahaan banyak mengeluarkan dana setiap tahun untuk meningkatkan keselamatan di lingkungan perusahaan agar angka kecelakaan kerja yang tinggi bisa diatasi. Dana yang besar tersebut digunakan terutama untuk menambah alat-alat keselamatan kerja (alat pemadam kebakaran, rambu-rambu, dll), memperbaiki proses produksi agar lebih aman dan meningkatkan sistem manajemen keselamatan kerja secara keseluruhan. Dalam beberapa tahun terakhir memang upaya tersebut bisa mengurangi angka kecelakaan kerja. Namun masih jauh untuk mencapai angka kecelakaan kerja yang minimal.

Kenyataan bahwa ternyata perbaikan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut belum bisa menurunkan angka kecelakaan kerja seminimal mungkin membuat para ahli dibidang industri bertanya-tanya faktor apakah yang terlupakan dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja.


Pengertian Behavioral Safety

Pada awal tahun 1980 muncul pandangan baru tentang kesehatan dan keselamatan kerja yaitu Behavioral safety. Behavioral safety adalah aplikasi sistematis dari riset psikologi tentang perilaku manusia pada masalah keselamatan (safety) ditempat kerja. Behavioral safety lebih menekankan aspek perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

Suizer (1999) salah seorang praktisi Behavioral Safety mengemukakan bahwa para praktisi safety telah melupakan aspek utama dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja yaitu aspek behavioral para pekerja. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Dominic Cooper. Cooper (1999) berpendapat walaupun sulit untuk di kontrol secara tepat, 80-95 persen dari seluruh kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh unsafe behavior.

Pendapat Cooper tersebut didukung oleh hasil riset dari NCS tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Hasil riset NCS menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh DuPont Company menunjukkan bahwa kecelakaan kerja 96% disebabkan oleh unsafe behavior dan 4% disebabkan oleh unsafe condition.
Unsafe behavior adalah type perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin, menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang berbahaya, menggunakan peralatan tidak standar, bertindak kasar, kurang pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu (Miner,1994).

Menurut Suizer peningkatan peraturan keselamatan; safety training ; peningkatan alat-alat produksi; penegakan disiplin dan lain-lain belum cukup untuk mencegah kecelakaan kerja. Perubahan yang didapatkan tidak bisa bertahan lama karena para pekerja kembali pada kebiasaan lama yaitu unsafe behavior.

Berdasarkan acuan bahwa unsafe behavior merupakan penyumbang terbesar dalam terjadinya kecelakaan kerja maka untuk mengurangi kecelakaan kerja dan untuk meningkatkan safety performance hanya bisa dicapai dengan usaha memfokuskan pada pengurangan unsafe behavior.

Fokus pada unsafe behavior ini juga menghasilkan indeks yang lebih baik tentang safety performace yang ada di perusahaan dibandingkan dengan fokus pada angka kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada dua alasan yaitu: kecelakaan kerja adalah hasil akhir dari serentetan unsafe behavior dan unsafe behavior bisa di ukur setiap hari dengan cara tertentu.
Jika perusahaan berfokus pada angka kecelakaan kerja maka sistem management safety cenderung bersifat reaktif. Perusahaan hanya memperhatikan safety jika angka kecelakaan kerja meningkat. Sebaliknya pendekatan behavioral safety cenderung bersikap proaktif, sebab dengan pendekatan ini perusahaan cenderung berusaha untuk mengidentifikasi setiap unsafe behavior yang muncul, sehingga bisa langsung ditanggulangi.

Mengapa unsafe behavior terjadi ?
Orang atau pekerja sering melakukan unsafe behavior terutama disebabkan oleh:
- Merasa telah ahli dibidangnya dan belum pernah mengalami kecelakaan, walaupun melakukan unsafe behavior. Ia berpendapat bahwa bila selama ini bekerja dengan cara ini (unsafe) tidak terjadi apa-apa, mengapa harus berubah. Pernyataan tersebut mungkin benar namun tentu saja hal ini merupakan potensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja

- Perilaku unsafe mendapat reinforcement yang besar dari lingkungan sehingga terus dilakukan dalam pekerjaan. Reinforcement yang didapat segera, pasti dan positif. Bird (dalam Muchinsky, 1987) berpendapat bahwa para pekerja sebenarnya ingin mengikuti kebutuhan akan keselamatan (safety needs) namun adanya need lain menimbukan konflik dalam dirinya. Hal ini membuat ia menomorduakan safety need dibandingkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keinginan untuk menghemat waktu, menghemat usaha, merasa lebih nyaman, menarik perhatian, mendapat kebebasan dan mendapat penerimaan dari lingkungan.

Data Jamsostek ( 2003 ) menunjukkan bahwa setiap hari kerja terjadi 7 kematian pekerja dari 400 kasus kecelakaan akibat kerja dengan 9,83% (10.393 kasus) mengalami cacat dan terpaksa tidak mampu bekerja lagi. Data lain menyebutkan, hingga triwulan pertama 2004, tercatat 20.937 kasus kecelakaan kerja
Data Depnakertrans menunjukkan terjadinya penurunan angka kecelakaan kerja dari 95.000-an orang pada 2006, menjadi 65.474 orang pada 2007. Tahun ini, Erman berharap angka tersebut turun sebesar 50%.
Sementara jumlah kecelakaan kerja sepanjang tahun 2007 mencapai 83.714 kasus, di mana 75.325 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja bisa disembuhkan dan sebanyak 6.506 pekerja mengalami cacat (rata-rata 18 pekerja setiap hari).

Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan pada tahun 2006, sedikitnya terjadi 92.200 kasus kecelakaan kerja di Indonesia, atau hanya turun 4.000 kasus dari tahun 2005. Meski

Tahun 2007, sesuai data ILO, terjadi 65.474 ribu kecelakaan kerja di
Indonesia. Di antara jumlah itu, 1.451 orang tenaga kerja meninggal
dunia. Selain itu, 5.326 pekerja cacat tetap dan 58.697 sembuh tanpa
cacat. Akibat kecelakaan kerja tersebut, jumlah jam kerja yang hilang
tinggi dan produktivitas kerja menjadi rendah.
Pada 2006,
tercatat lebih dari 95 ribu kasus.
. Tahun 2003, kecelakaan kerja telah menewaskan sekitar 1.430 pekerja dari sekitar 105.000 kasus kecelakaan kerja
Padahal, tahun 2002 terjadi 103.804 kasus atau 8.650 kasus per bulan, atau 432 kasus per hari. Akibat kecelakaan kerja selama tahun 2002, sebanyak 1.903 orang meninggal, 10.345 cacat, bahkan 393 di antaranya cacat total. "Setiap hari delapan pekerja tewas karena kecelakaan kerja dan 43 orang cacat," kata Joko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar