DERIVATIF DAN MENAJEMEN RESIKO
A. Alasan Untuk Mengelola Risiko
Kita mengetahui bahwa investor membenci resiko. Kita juga mengetahui bahwa investor memegang portofolio yang didiversifikasi, agar paling tidak seperti dalam teori, resiko yang ada hanya resiko sistematis. Anggap bahwa Plastics mengumumkan bahwa rencananya akan melakukan pembelian minyak dalam tiga tahun akan datang dan melakukan penguncian harga dengan jaminan harga $19 per barel, dan biaya untuk mendapatkan jaminan tersebut adalah nol. Apakah hal itu akan menyebabkan harga sahamnya meningkat?. Bila dilihat dengan sepintas, nampak jawabannya mungkin saja ya, tapi mungkin itu tidak benar. Ingat kembali bahwa harga saham tergantung pada present value dari free cash flow yang diharapkan dimasa datang, dikurangi dengan Weighted Average Cost of Capital (WACC). Penguncian biaya atas minyak akan menyebabkan peningkatan dalam harga saham Plastisk hanya bila (1) hal itu menyebabkan free cash flow yang diharapkan dimasa datang meningkat atau (2) hal itu menyebabkan WACC menurun.
Sekarang coba beranggapan bahwa Plastics tidak mengunci harga, maka, jika harga minyak naik harga sahamnya akan jatuh. Namun, jika investor mengetahui hal ini, mereka dapat membangun protofolio yang berisi oil masa datang yang nilainya akan meningkat atau turun dengan harga minyak. Dengan memilih jumlah kontrak masa depan yang tepat, investor akan dapat melakukan “hedging” atas portofolio mereka dan dengan baik akan menghilangkan resiko karena perubahan harga jual minyak. Akan ada biaya dalam melakukan hedging, tapi biaya tersebut bagi investor yang cerdas seharusnya hampir sama dengan biaya untuk Plastic.
Perusahaan-perusahaan sangat percaya bahwa managemen resiko yang aktif adalah penting. Berikut adalah beberapa alasan perusahaan mengelola resiko:
1. Kapasitas Utang. Manajemen resiko dapat mengurangi volatilitas dari cash flow, penurunan kemungkinan untuk pailit.
2. Memelihara Anggaran Modal Optimal Setiap Waktu. Dalam tahun-tahun yang sulit, internal cash flow mungkin terlalu rendah untuk mendukung penganggaran modal yang optimal yang menyebabkan perusahaan lambatnya investasi dibawah optimal rate atau munculnya biaya yang besar sehubungan dengan modal eksternal. Dengan memperhalus cash flow. Manajemen resiko dapat mengatasi masalah ini.
3. Kesulitan Keuangan. Manajemen resiko dapat mengurangi kemungkinan cash flow yang rendah, dan juga kesulitan keuangan.
4. Keuntungan Komparatif dalam melakukan hedging.
5. Biaya Pinjaman. Perusahaan dapat kadang-kadang mengurangi biaya-biaya, khususnya biaya atas bunga pinjaman, melalui penggunaan investasi derivative yang disebut “Swap”, pengurangan biaya semacam itu dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
6. Pengaruh-Pengaruh Pajak. Perusahaan dengan pendapatan yang volatile membayar lebih banyak pajak dari pada perusahaan yang stabil karena perlakuan kredit pajak. Oleh karena itu system perpajakan kita menganjurkan manajemen resiko untuk menstabilkan penghasilan.
7. Sistem Kompensasi.
B. Latar Belakang Derivatif
Para petani memberi perhatian tehadap harga yang akan mereka terima ketika mereka menjual hasil pertaniannya dengan harga yang jatuh, dan para pembeli memberi perhatian terhadap harga yang akan mereka bayar. Resiko yang dihadapi oleh kedua belah pihak ini dapat dikurangi jika mereka dapat menetapkan harga terlebih dahulu diawal tahun tanam. Sehingga, agen pembeli akan membeli hasil pertanian dengan harga yang sudah disepakati dalam kontrak yang telah disetujui diawal. Kedua belah pihak diuntungkan oleh transaksi jika dilihat dari sudut pandang bahwa resiko itu telah dikurangi. Petani dapat berkonsentrasi untuk membesarkan tanamannya tanpa perlu khawatir dengan harga hasil panennya, dan pembeli dapat berkonsentrasi pada hasil olahan hasil pertanian. maka, melakukan hedging dengan harga yang akan datang menurunkan resiko secara keseluruhan dalam perekonomian.
Natural hedge didefinisikan sebagai situasi dimana resiko agregat dapat dikurangi dengan transaksi derivative antara dua belah pihak (yang disebut counterparties), yang berada pada beragam komoditas, untuk mata uang asing, pada suku bunga surat-surat berharga dan bahkan pada saham biasa ketika investor ingin “melakukan hedging terhadap taruhan mereka”. Natural hedge terjadi ketika masa depan diperdagangkan antara petani katon dan pabrik pengolah katon atau antara penambang dengan pengolah hasil tambang. Dalam situasi seperti ini, hedging mengurangi resiko dan oleh karenanya akan menguntungkan perekonomian.
C. Tipe Lain Dari Derivatif
Ada beberapa macam atau tipe dari derivative yakni : forward Contract, Futures, swaps, structure notes, inverse floaters, dan exotic contract.
1. Forward Contract
Adalah persetujuan dimana satu pihak setuju untuk membeli sebuah komoditas pada harga khusus pada tanggal tertentu dimasa datang dan pihak yang lain setuju untuk menjual produk. Barang-barang sesungguhnya dibawa kepada kontrak didepan. Kecuali kalau kedua pihak secara moral dan keuangan kuat, ada bahannya ketika salah satu pihak ingin mengubah kontrak, khususnya jika harga sebuah komoditas berubah dengan perubahan yang tinggi setelah persetujuan dilakukan.
2. Future Contract.
Future contract serupa dengan forward contract, tapi dengan tiga perbedaan kunci yaitu :
a. Future contract dilakukan dipasar dengan dasar harian, yang berarti bahwa laba dan rugi akan dicatat dan uang harus disiapkan untuk menutupi kerugian.
b. Dengan future, penyerahan fisik asset utama secara virtual tidak pernah dilakukan.
c. Future contract, umumnya instrumen distandarisasi yang diperdagangkan dibursa efek sedangkan forward contract biasanya dinegosiasikan antara dua pihak dan tidak diperdagangkan setelah ditandatangani.
3. Swaps
Swap adalah istilah yang digunakan yang menyatakan secara tidak langsung bahwa – dua pihak setuju untuk bertukar sesuatu, umumnya kewajiban untuk membayar kewajiban tertentu.
4. Structure Note
Istilah Structure Note seringkali berarti sebuah kewajiban utang yang diturunkan dari kewajiban utang yang lain.
5. Inverse Floaters.
Utang dengan floating rate (bunga mengambang) memiliki suku bunga yang naik atau turun sesuai dengan naik turunnya indeks suku bunga. Sedangkan Inverse Floater merupakan tingkat utang yang dibayar yang terbalik dengan suku bungan pasar. Jika suku bunga ekonomi naik, suku bunga yang dibayar dalam inverse floater akan turun dan sebaliknya.
D. Jenis-Jenis Resiko
Berikut beberapa istilah yang secara umum digunakan untuk menggambarkan resiko-resiko yang berbeda, yaitu:
1. Pure Risk (Resiko murni), yaitu resiko yang menawarkan hanya harapan untuk rugi semata.
2. Speculative Risk (risiko spekulatif), yaitu keadaan yang menawarkan kesempatan untuk mendapatkan laba tapi bisa juga menderita kerugian.
3. Demand Risk (risiko permintaan), yaitu resiko yang berhubungan dengan permintaan atas barang atau jasa sebuah perusahaan.
4. Input Risk (risiko masukan), yaitu resiko yang berhubungan dengan biaya-biaya masukan, termasuk tenaga kerja dan bahan-bahan.
5. Financial Risk (risiko Keuangan), yaitu resiko yang dihasilkan dari transaksi keuangan.
6. Property Risk (risiko Kepemilikan) yaitu resiko yang berhubungan dengan kehancuran asset atau aktiva poduktif. Misalnya, ancaman kebakaran dan banjir.
7. Personnel Risk (risiko personel), yaitu resiko yang dihasilkan dari tindakan karyawan.
8. Environmental Risk (resiko lingkungan), yaitu resiko yang behubungan dengan polusi yang terjadi terhadap lingkungan.
9. Liability Risk (resiko kewajiban), yaitu resiko yang berhubungan dengan produk, jasa atau tindakan karyawan.
10. Insurable Risk (risiko yang dapat diasuransikan), yaitu resiko yang dapat dicakupi oleh asuransi.
E. Pendekatan Manajemen Resiko
Berikut adalah proses dalam manajemen resiko, yaitu :
1. Identifikasi resiko yang dahadapi oleh perusahaan.
2. Ukur kerugian potensial dari masing-masing resiko yang ada.
3. Putuskan bagaimana resiko yang relevan tersebut ditangani. Adapun cara-cara untuk menangani resiko adalah sebagai berikut:
a. Mentransfer resiko tersebut ke perusahaan asuransi.
b. Mentransfer fungsi yang menghasilkan produk ke pihak ketiga.
c. Membeli kontrak derivative untuk mengurangi resiko.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya kejadian yang merugikan.
e. Mengurangi besarnya kerugian yang berhubungan dengan kejadian yang buruk.
f. Secara total menghindari kegiatan yang meningkatkan resiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar